BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanah
dan air merupakan sumber daya alam yang utama bagi kehidupan, dimana kedua
unsur ini satu sama lain saling mempengaruhi dan merupakan faktor pembatas bagi
kehidupan di muka bumi ini. Pemanfaatan yang tanpa memperhatikan kelestariannya
akan mengakibatkan malapetaka yang besar dimasa kini dan masa yang akan datang.
Pemanfaatan dan pengelolaan tanah dan air terutama pada
suatu daerah aliran sungai DAS sangat perlu untuk diperhatikan sungguh-sungguh,
oleh karena dengan mengabaikan program-program pengelolaan DAS terhadap
pemanfaatan tanah dan air tersebut akan mengakibatkan penurunan tingkat
produktivitas tanah dan kualitas air terutama akibat dari erosi dan desimentasi.
Permukaan bumi akan selalu mengalami proses erosi, di
suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di lain tempat terjadi
penimbunan, sehingga bentuknya akan berubah sepanjang masa. Erosi adalah suatu
proses dimana tanah dihancurkan (Deteched)
dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin es atau
gravitasi.
Erosi dibedakan menjadi dua yaitu erosi geologi (alami
dan erosi dipercepat (Accelerated erosion)
erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat, dimana jumlah tanah
yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk, erosi ini tidak
berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangkan erosi dipercepat
merupakan erosi yang terjadi lebih cepat akibat aktivitas manusia yang
mengganggu keseimbangan alam. jumlah tererosi lebih banyak daripada tanah yang
terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah di permukaan (Top
soil) menjadi hilang.
Menurut Kartasapoetra, dkk (1991) mengemukakan bahwa erosi adalah
pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan
tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung
secara alamiah ataupun akibat tindakan atau perbuatan manusia.
Faktor alam yang sangat berpengaruh terhadap erosi antara
lain: curah hujan yang tinggi, panjang
dan kemiringan lereng, sifat- sifat tanah yang kurang pekah terhadap ancaman
pukulan air hujan, penutupan tanah yang kurang memadai. Keadaan seperti
ini sangatlah mempengaruhi untuk terjadi
suatu erosi tanah. Besar atau kecilnya erosi tersebut sangat tergantung pada
keadaan geografisnya dimana peristiwa alam itu terjadi.
Masalah erosi di Indonesia, sudah dikenal sejak lama hingga
kini ada, dan mungkin terus ada di masa yang akan mendatang hal ini
disebabkan karena Kondisi geografis, iklim, cuaca di Indonesia sangat potensial
hal ini dilihat dengan adanya perbedaan curah hujan, keadaan topografi, keadaan
tanah sangat berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya di
Indonesia.
Papua adalah salah satu daerah yang beriklim tropis di
Indonesia karena secara geografis Papua terletak di wilayah paling timur yang
perbatasan dengan Negara Papua Nugini dan berada pada garis khatulistiwa,
sehingga keadaan iklim dengan cuaca yang panas dan lembab di daerah pantai
sedangkan cuaca dingin dan bersalju pada bagian yang tertinggi di daerah
pegunungan. Keadaan Topografinya sangat bervariasi mulai dari yang sangat
tinggi, menengah sampai yang lebih rendah (lembah).
Keadaan tanah di Papua juga sangat bervariasi ada yang
mudah tererosi dan adapula yang pekah terhadap ancaman erosi. jenis–jenis tanah
yang tersusun di Papua meliputi: Jenis tanah alluvial, Latasol, mediterania,
Podsol dan Litosol, jenis tanah dominan adalah latosol merupakan jenis tanah
dengan kesuburan tanah rendah hingga sedang seluas ± 7.066.636 ha (17%). Sedangkan jenis tanah
yang paling sedikit terdapat di Papua adalah mediterania seluas ± 1.593.099 ha
(4 %). Jenis tanah latosol tersebar di sebagian besar wilayah kabupaten kota,
kecuali di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mapi. Hasil Penelitian tanah oleh
badan pertanahan Propinsi Papua tahun 2008.
Beberapa bulan yang silam di Papua khususnya daerah Sinak
terjadi kelongsoran tanah, dan erosi akibat hujan deras dengan kekuatan 2.15
mm/ hari. Hal ini disaksikan oleh penulis sendiri sewaktu ada di daerah
kejadian tersebut. Proses gejala alam
seperti ini tidak harus dibiarkan sebagai aktivitas interaksi geologis antara
faktor yang satu dengan faktor faktor lainnya, tetapi perlu di lakukan upaya
serius dalam rangka memproteksi terhadap bahayanya ancaman erosi yang lebih
berat atau dahsyat, jika tidak ditangani secara cepat maka akan menimba
malapetaka yang lebih besar di masa mendatang.
Bertolak dari permasalahan yang dikemukakan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul:
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Erosi di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.“
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya erosi di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak
Provinsi Papua?
C. Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini dilakukan
untuk: mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.
D. Kegunaan
Penelitian
Adapun
kegunaan dalam penelitian adalah:
1.
Hasil
penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten
Puncak-Papua dalam rangka menyusun perencanaan program pengelolaan Kawasan dan upaya pencegahan terjadinya erosi
terutama di Sekitar Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.
2.
Sebagai
bahan Referensi dan informasi penting bagi peneliti lainnya untuk melakukan
penelitian masalah yang berhubungan dengan erosi.
3.
Diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengalaman baru bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu
di bidang pertanian dan kehutanan khususnya dalam penelitian ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Erosi
Menurut istilah ilmu geologi erosi
adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh
kekuatan air, angin dan atau gravitasi, pengaruh gaya berat dan organisme
hidup. Jadi erosi diartikan sebagai suatu proses gejala alam yang dapat merubah
keadaan menjadi lebih rusak, dimana tanah dihancurkan oleh kekuatan air, angin
dan es, kemudian diangkut/ dipindahkan ke tempat lain, baik terjadi secara
alami ataupun akibat dari tindakan/aktivitas manusia yang mengganggu ekosistem
lingkungan, Sehingga keadaan tanah mengalami kerusakan atau hilang akibat erosi
dan sedimentasi.
Di
daerah tropis, seperti di negara kita mempunyai curah hujan tinggi sehingga
erosi yang disebabkan oleh angin tidak begitu banyak terjadi. Erosi menyebabkan
hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman
serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang
terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain: didalam sungai, waduk,
danau, saluran irigasi dan sebagainya.
Dengan
adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya
diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian terjadilah perpindahan
lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat pada permukaan
tanah (Sjahrullah, 1987).
Erosi
adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain (Arsyad, 1989: 67).
Ada
dua macam erosi, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal juga
disebut erosi geologi atau erosi alami merupakan proses-proses pengangkutan
tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan laju
yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mampu
mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah
pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan
manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan
tanah (Arsyad, 1989).
Erosi
dipercepat dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain (Arsyad, 1989: 67
dalam Nasiah 2000: 78) sebagai berikut:
a. Merosotnya peroduktivitas
tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan merosotnya daya dukung
serta kualitas lingkungan hidup.
b. Sungai, waduk, dan saluran
irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga daya guna dan basil
guna berkurang.
c. Secara tidak langsung
mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim penghijauan dan
kekeringan pada musim kemarau.
d. Dapat menghilangkan fungsi
hidrologi tanah.
Dengan demikian berikut ini adalah b
eberapa
pendapat para ahli tentang pengertian erosi adalah sebagai berikut:
Menurut
Tedjoyuwono (1998:74) Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan
dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa air
mengalir (aliran limpasan), es bergerak atau angin.
Menurut
Kartasapoetra, dkk (1991: 35), Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang
sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau
kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai
akibat dari tindakan atau perbuatan manusia.
Menurut,
Kartasapoetra, dkk, (1991: 41) mengemukakan bahwa kejadian erosi melalui tiga
tahapan atau proses adalah sebagai berikut:
a.
Detachment atau pelepasan partikel-partikel
tanah oleh pukulan butiran air hujan.
b.
Transportation atau penghanyutan partikel-partikel
tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang rendah.
c.
Deposition atau pengendapan partikel-partikel
tanah yang telah dihanyutkan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa erosi adalah suatu proses dimana tanah, batu
atau material lainya yang di angkut ke tempat lain dengan kekuatan tenaga air,
angin dan es yang terjadi baik secara alami ataupun akibat dari tindakan/
perbuatan manusia.
Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut
terjadi oleh media alami berupa air dan angin. Misalnya erosi di daerah
beriklim basah faktor yang berperan penting adalah air sedangkan angin tidak
berarti. Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena pengaruh alamiah dan aktivitas
manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses
yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan
erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah
bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik
tanah (Asdak, 1995: 441).
Dari
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian erosi adalah
suatu proses pengikisan dan atau pengangkutan tanah, batuan dan material
lainnya yang diangkut ke tempat lain dengan kekuatan air hujan, angin dan
gletser (es) dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, sehingga
dimana tempat kejadian erosi mengalami kekurangan sementara di tempat dimana
penerima hasil erosi terjadi penimbunan.
B. Faktor–faktor yang mempengaruhi Erosi
Pada dasarnya erosi
sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor iklim, sifat tanah, topografi, vegetasi
(penutup tanah), dan manusia. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
a)
Faktor Iklim
Faktor iklim yang
berpengaruh terhadap erosi (Erosivitas) adalah curah hujan, temperatur, angin,
kelembaban dan radiasi matahari. Dari kelima faktor iklim tersebut hujan
merupakan faktor yang terpenting. Hasil penelitian (Utomo, 1988) menunjukan
bahwa sifat hujan yang terpenting adalah curah hujan, intensitas dan
distribusi. Ketiga sifat hujan ini secara bersama-sama akan menentukan
kemampuan hujan untuk menghancurkan butir-butir tanah serta jumlah dan
kecepatan limpasan permukaan.
Curah hujan tinggi
dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah.
Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu
yang singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan
jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan
dalam menentukan erosi, hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi,
energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat-agregat
tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas
dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri
ditentukan oleh ukuran butir-butir hujan dan kecepatan angin.
Berkaitan dengan ini,
menurut Suripin (2001:41) mengemukakan bahwa energi hujan terdiri dari dua
komponen; (a) energi potensial (Ep) dan (b) energi kinetik (Ek), energi
potensial timbul adanya perbedaan tinggi antara benda dan titik tinjau, energi
potensial ini didefinisikan sebagai hasil kali antara massa, beda tinggi dan
percepatan gravitasi, sedangkan energi kinetik / energi gerak merupakan yang
berkaitan dengan massa dan kecepatan
b) Sifat –sifat tanah.
Dalam kaitan dengan erosi, maka yang perlu
dikaji adalah sifat fisik tanah yang merupakan komponen penting dalam
menentukan mudah/tidaknya melawan ancaman dari luar terhadap esistensi tanah
itu sendiri, ancaman yang dimaksud adalah pergerakan angin dan pukulan butiran
air hujan yang jatuh pada permukaan bumi. Sifat fisik tanah yang berpengaruh
terhadap erodibilitas meliputi: tekstur tanah, struktur, infiltrasi, dan
kandungan bahan organik, (Suripin, 2001):
(1)
Tekstur
tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi liat, lempung dan pasir. dari ketiga tekstur
tersebut memiliki sifat fisiknya berbeda antara satu dengan lainnya, ada yang
mudah dan cepat berintifiltrasi air ke dalam tanah adapula lambat/ sukar.
Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah yaitu
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah.
Dalam tekstur tanah memiliki dua sifat utama: (1) Kapasitas infiltrasi, yaitu
Kemampuan tanah untuk meresapkan air, (2) Permeabilitas tanah, yaitu
permeabilitas dari lapisan tanah yang berlainan, Suripin (2001:46)
(2) Struktur tanah
Struktur tanah adalah beberapa
komponen tanah yang tersusun dalam tanah
dan saling berpengaruh dalam proses
pembentukan tanah.
Suripin (2001) struktur tanah dibagi
menjadi dua golongan, yakni struktur makro dan mikro, Struktur makro adalah susunan agregat-agregat tanah
satu dengan lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir- butir
primer tanah (pasir, lempung dan liat)
Berdasarkan tipe dan kedudukan
agregat, struktur mikro dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu, remeh lepas,
remeh sedang dan lekat lengket.
(3) Infiltrasi
Adalah peristiwa masuknya air ke dalam
tanah melalui permukaan tanah secara vertikal. Sedangkan banyaknya air yang
masuk melalui permukaan tanah persatuan waktu di kenal sebagai laju infiltrasi.
Nilai laju infiltrasi sangat tergantung pada kapasitas infiltrasi yaitu dengan
kemampuan tanah untuk melewatkan air dari permukaan tanah secara verikal.
Kapasitas infiltrasi bervariasi terhadap sifat alamiah tanah’ antara lain
porositas, kelembaban awal, dan kemiringan tanah.
Faktor struktur tanah yang turut
menentukan laju infiltrasi adalah jumlah, ukuran dan kemantapan pori.
(4) Kandungan Bahan Organik
Bahan organik adalah sejumlah lapisan
tanah yang berukuran kecil dan dalam komposisinya adalah lapisan tanah atas
yang memegang peranan penting dalam menentukan sifat–sifat tanah, bahan organik
ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan sifat-sifat dan pertumbuhan
tanaman. Sifat–sifat tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Sebagai granulator (memperbaiki
struktur tanah)
(2) Sumber unsur hara
(3) Menambah kemampuan tanah untuk menahan
air
(4) Menambah kemampuan tanah untuk menahan
unsur-unsur hara, kapasitas tukar kation menjadi tinggi
(5) Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari
bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus.
Dalam kaitannya dengan erosi tanah,
Bennet dalam Suripin (2001) menyatakan bahwa fungsi bahan organik dalam
pencegahan terjadinya erosi antara lain:
1.
Dapat
memperbaiki aerasi tanah
2.
Mempertinggi
kapasitas air tanah dan
3.
Memperbaiki
daerah perakaran.
Tjwan (1968) dalam Suripin, (2001)
menyatakan bahwa peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah
menaikkan kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan
daya tahan air tanah.
Selanjutnya Darmawidjata, dalam
Suripin, (2001) juga dengan hasil penelitiannya menyatakan bahwa peranan bahan
organik dalam pengendalian tata air
adalah:
(1)
Memperbaiki
peresepan air ke dalam tanah
(2)
Mengurangi
aliran permukaan
(3)
Mengurangi
perbedaan kandungan air dalam tanah dan sungai antara musim hujan dan musim
kemarau.
Faktor-faktor tanah yang berpengaruh
antara lain adalah:
a) Ketahanan tanah terhadap daya rusak
dari luar baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, dan
b) Kemampuan tanah untuk menyerap air
hujan melalui perkolasi dan infiltrasi, (Utomo, 1989).
Kepekaan tanah atau ketahanan tanah
terhadap erosi berbeda- beda dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan
ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi
nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum
tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan organik sedikit
mempunyai kepekaan erosi yang tinggi, (Suwanto,1984).
Menurut, Utomo (1989) Nilai
erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan terhadap daya rusak dari
luar dan Kemampuan tanah menyerap air (Infiltrasi dan Perkolasi). Ketahanan
tanah menentukan mudah tidaknya masa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi
dan Perkolasi mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan
mengangkut hancuran masa tanah.
Sifat-sifat tanah yang penting
pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuan untuk menginfiltrasikan air hujan
yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan
aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap
pukulan air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis
dapat berubah atau diubah oleh waktu atau pengolahan tanah, (Utomo, 1989)
Menurut, Arsyad (1986) sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi erosi adalah: Tekstur, Struktur, bahan organik dan
sifat lapisan bawah tanah. Tanah dengan liat yang tinggi sukar tererosi, karena
tanah liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah. Struktur tanah
mempengaruhi besarnya erosi, tanah–tanah yang berstruktur granuler lebih
terbuka dan akan menyerap air lebih cepat daripada tanah yang berstruktur
masif
Demikian pula peranan bahan organik
penting terhadap stabilitas struktur tanah, karena bahan organik tanah
berfungsi memperbaiki kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan
menaikkan daya pegang air tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan
kepekaan erosi adalah permeabilitas, (Syarief, 1986).
Adapun sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi erosi (Eridibilitas) adalah:
(1) Tekstur Tanah
Tiga
unsur utama tanah adalah pasir (Sand), debu (Silt), dan Liat (Clay). Tanah
dengan unsur dominan liat tidak mudah tererosi oleh karena ikatan
partikel-partikel tanah kuat, demikian pula tanah yang dominan pasir (tanah
dengan tekstur kasar) sulit untuk tererosi oleh karena laju infiltrasi besar
sehingga menurunkan laju aliran permukaan. Sebaliknya pada tanah dengan unsur
utama debu, merupakan kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya erosi.
(2) Struktur Tanah
Bentuk
struktur tanah yang membuat (granuler remah, gumpal, membulat). Menghasilkan
tanah dengan prositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah dan
aliran permukaan menjadi kecil, sehingga turut memperbaiki laju erosi.
(3) Unsur Organik
Unsur
organik cenderung memperbaiki struktur tanah dan bersifat meningkatkan
permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, dan kesuburan tanah. Kumpulan
unsur organik di atas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian dan
dengan demikian menurunkan potensi terjadinya erosi.
(4) Permeabilitas
Tanah
Permeabilitas
tanah menunjukan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Tanah dengan
permeabilitas tinggi, menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian menurunkan
laju air larian (aliran permukaan). Struktur dan tekstur tanah serta unsure
organik lainnya ikut ambil bagian dalam menentukan permeabilitas tanah
c)
Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor penting untuk
terjadinya erosi, Karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan
air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan
lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada
saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya alur dan
erosi parit. Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi daripada lereng bagian
atas karena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air larian lebih
terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah.
d)
Vegetasi Penutup Tanah
Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah: (1)
Melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbuhkan air hujan (2)
menurunkan kecepatan air larian,(3) menahan partikel-partikel tanah pada
tempatnya, dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap
air.
Dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya
tanah tererosi, harus dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai
struktur tajuk yang berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air
hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan. Semakin rendah dan rapat
tumbuhan bawah semakin efektif pengaruh vegetasi dalam melindungi permukaan
tanah terhadap ancaman erosi, karena akan menurunkan kecepatan air hujan dan
dengan demikian menurunkan besarnya tumbuhkan tetesan air hujan ke permukaan
tanah
e)
Manusia
Manusia dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi positif dan
dari sisi negative dari sisi positif adalah manusia berperan sebagai penyelamat
alam dalam hal ini pengelolaan tanah sesuai dengan kaidah observasi, melakukan
konservasi secara berkelanjutan sehingga
dapat mengurangi erosi dan atau sebaliknya mendorong proses cepat terjadinya
suatu erosi akibat perbuatan manusia yang merusak lingkungan, terutama dalam
pengelolaan tanah dan air di daerah aliran sungai yang merupakan tempat sasaran
erosi.
C. Dampak Erosi
Erosi normal atau
erosi geologi maupun erosi dipercepat akibat perbuatan manusia, keduanya
menimbulkan banyak kerugian mataerial. Kerugian itu terlihat nampak pada tempat
dimana hasil tererosi tersebut dihanyutkan
Erosi tidak hanya
menyebabkan kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi, tetapi juga kerusakan
di tempat lain dimana hasil erosi tersebut diendapkan, nampak erosi dapat
ditemui:
a)
di
tempat terjadinya erosi
b)
di
tempat penerima hasil erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi
terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi.
Hilangnya sebagian tanah ini mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Menghasilkan
tanah kritis di berbagai tempat
b)
Menurunnya
produksi sebagai mengurangi pendapatan petani
c)
Kehilangan
unsur hara yang diperlukan tanaman
d)
Kualitas
tanaman menurun
e)
Laju
infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang
f)
Struktur
tanah menjadi rusak
Dampak lain dari erosi adalah sedimen dan polutan pertanian
yang terbawa air akan menumpuk di suatu tempat, hal ini menyebabkan
pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem, pencemaran air minum.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di sekitar Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten
Puncak Provinsi Papua. Waktu Penelitian akan dilaksanakan pada bulan
April sampai Mei 2011.
B. Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Daerah populasi dalam penelitian ini adalah di Seluruh
sekitar Sungai Yumino Desa Pamebut
Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.
2.
Sampel
Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan sistem sampel acak berstrata (stratified random sampling technique)
yaitu cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan
populasi menurut ciri geografi tertentu dan setelah digolongkan lalu ditentukan
jumlah sampel dengan sistem pemilihan secara acak.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi lapangan, dan
dokumentasi.
1.
Observasi
Lapangan
Peneliti melakukan
observasi di lokasi penelitian dengan tujuan untuk mengamati secara langsung
semua objek penelitian, mencatat, mengukur dan mengambil sampel beberapa jenis
tanah di lokasi penelitian.
2.
Dokumentasi
Data curah hujan
diperoleh dari beberapa stasiun terdekat di daerah penelitian. Selain data
curah hujan juga memperoleh data lain dari dinas yang terkait sebagai referensi
dalam penyusunan laporan hasil penelitian terutama dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Puncak Provinsi
Papua.
D. Teknik
Analisis Data
Data
dari hasil penelitian, lapangan, uji laboratorium dan dokumentasi akan
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.Teknik analisis data dengan
pendekatan Metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah sebagai
berikut:
A = R, K, LS, C, P ………………. (3.1)
|
Dimana:
A =
Kehilangan Tanah (ton/ha/Tahun)
R = Faktor
Erosivitas Hujan
K = Faktor
erodibilitas Tanah
LS = Faktor
Panjang dan Kemiringan Lereng
C = Faktor
Pengelolaan Lahan
P = Faktor
Konservasi Tanah
Analisis atau perhitungan erosi
permukaan dimulai dengan menghitung beberapa parameter dari faktor yang
dirumuskan diatas adalah sebagai berikut:
a.
Parameter Pengamatan
1.
Faktor
Erosivitas hujan (R)
Faktor (R) dihitung dari data curah
hujan tahunan dengan menggunakan persamaan :
i
R = ∑ EI / 100
x ……................. (3.2)
n
|
Dimana:
R
= Erosivitas hujan rata-rata
tahun
N = Jumlah
Kejadian hujan dalam kurung waktu satu tahun
(musim
hujan)
x =
Jumlah tahun / musim hujan yang digunakan sebagai dasar
perhitungan
Jika di Lokasi penelitian tidak terdapat alat
penakar curah hujan standar tipe Automatic Rainfall gauge, maka nilai
erosivitas hujan rata-rata tahunan dihitung dengan menggunakan persamaan Bols
(1978) sebagai berikut:
EI = 6, 119 (RAIN) ¹’ ¹ (DAYS) ⁻⁰´⁴⁷ (MAXP) ⁰’⁵³ ……..(3.3)
³⁰
|
Dimana:
EI =
Indeks Erosivitas hujan
³⁰
Rain =
Curah hujan rata-rata tahunan (cm)
Days =
Jumlah hari hujan rata-rata tahun (hari)
Maxp = Curah hujan maksimun rata-rata
dalam 24 jam perbulan
untuk kurun waktu satu tahun
(cm).
2. Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Besarnya
nilai erodibilitas tanah (K) dapat diuji di laboratorium dan hasil pengamatan
lapangan dengan mengunakan rumus berikut:
2,713M¹´¹⁴ (10 ⁻⁴) (12 - OM)
+3,25(S- 2)+ 2,5 (P- 3)
K =
........ (3.4)
100
|
Dimana:
K = Indeks erodibilitas tanah
M
= Persentase ukuran partiel (% debu+pasir sangat halus) x (100- % liat)
OM = Persentase
unsur organik
S = Kode
Struktur tanah
P = Kode
permeabilitas tanah
3.
Faktor
panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Panjang dan kemiringan lereng dapat
dihitung dengan cepat dan akurat dari peta topografi / peta rupa bumi skala 1:
50.000 maupun skala 1: 100.000. Untuk menghitung besarnya kemiringan lereng (S)
digunakan rumus berikut:
(n - 1) x C. 1
S = x 100 % ……… (3.5)
2a
|
Dimana:
S =
Kemiringan Lereng (%)
n =
Jumlah garis kontur yang memotong diagonal jarring –jaring
C.1. =
Interval kontur (meter)
a =
Panjang jaring-jaring sebenarnya (meter)
Untuk
panjang suatu lereng, dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari minimal 10 kali
pengukuran pada peta rupa bumi untuk tiap lahan. Panjang lereng sebenarnya
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
10
-
∑ LF
I=1
L = ………………
(3.6)
10 Cos ѳ
|
Dimana
:
L = Panjang lereng sebenarnya (meter)
Lf = Panjang lereng yang diukur pada peta
(cm)
ѳs = Sudut kemiringan lereng (derajat).
Dalam
perhitungan erosi dengan menggunakan persamaan USLE komponen panjang dan
kemiringan lereng (LdanS) diintegrasikan menjadi faktor topografi (LS). Nilai
LS tersebut dihitung dengan persamaan berikut:
LS = L (C, 00138 S+ 0, 00965 S+ 0, 0138) ……. (3.7
)
|
Dimana:
LS
= Nilai indeks faktor panjang dan kemiringan lereng
L
= Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan
lereng (%)
4.
Faktor
Pengelolaan Lahan (C)
Untuk nilai faktor (C) pengelolaan
tanaman akan ditentukan kemudian setelah melakukan observasi di lokasi
penelitian, karena belum diketahui macam dan jenis tanaman yang ada di lokasi
penelitian.
b. Pengaruh Faktor- faktor
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor terhadap erosi digunakan regresi linear
berganda:
Y = a + b1 x1 +
b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 +
c
Dimana :
Y = Faktor variabel dependen (erosi dalam
ton/Ha)
a = Konstanta
b = Arah regresi
x1 = Iklim
x2 = Sifat-sifat tanah
x3 = Topografi
x4 = Vegetasi
C = Pengolahan lahan
E. Definisi
Operasional Variabel
Masalah yang berhubungan dengan erosi, maka variabel
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi,
faktor-faktor tersebut antara lain: iklim, sifat-sifat tanah, topografi,
vegetasi, dan manusia keelima variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Faktor Iklim, cuaca dan curah hujan
a)
Iklim
adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30
tahun, yang sifatnya tetap.
b)
Cuaca
adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya
berubah–ubah dari waktu ke waktu.
c)
Hujan
dan curah hujan
Hujan
adalah butiran–butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke permukaan
bumi, sedangkan curah hujan adalah banyaknya air yang turun dari atmosfer ke
permukaan bumi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hujan merupakan salah
satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di
atmosfer dan bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es kemudian jatuh di
permukaan bumi.
2. Sifat Tanah:
Sifat
tanah adalah keadaan tanah yang membedakan antara satu partikel tanah dengan partikel tanah yang lainnya, sifat
tanah sangat berpengaruh terhadap erosivitas, sifat. Tekstur tanah¸ struktur,
bahan organik.
3. Topografi:
Topografi
diartikan sebagai suatu keadaan daerah/ lokasi atau wilayah yang membedakan
antara satu dengan yang lain. Perbedaan keadaan itu disebut lereng. Bukit/
gunung dll. Panjang dan kemiringan lereng merupakan dua unsur yang dapat
mempengaruhi terjadinya suatu erosi.
4. Vegetasi
Adalah
penutupan tanah/ semua jenis tumbuhan yang bertumbuh dan hidup diatas tanah
yang berfungsi untuk melindungi tanah dari ancaman erosi baik oleh curah hujan,
angin maupun es atau pergerakan geologi lainnya.
5. Manusia
Sedangkan
erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah
bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik
tanah
|
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Kondisi
biogeofisk pada DAS Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak umum dapat dirinci sebagai berikut:
a. Letak dan
Luas
Menurut
pembagian wilayah administrasi pemerintahan, DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, termasuk ke dalam 3
(tiga) wilayah, yaitu wilayah pemerintah Kabupaten, Kabupaten Puncak dan
wilayah Kabupaten Puncak Jaya Secara geografis DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak terletak di antara 01°25’
~ 01°45’ LS dan 116°20’ ~ 117°00’ BT. Berdasarkan penelusuran kartografis
secara umum total wilayah DAS Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak seluas ± 194.400 ha.
b. Vegetasi
Sebaran
kelompok vegetasi yang terdapat di DAS Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dari muara sampai dengan kawasan hulu
(bagian daratan pedalaman) dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu bagian
muara danpinggiran sungai didominasi oleh vegetasi mangrove, bagian daratan
tengah didominasi oleh semak belukar, alang-alang dan tanaman budidaya, serta pada
daratan hulu DAS didominasi oleh vegetasi hutan sekunder dan primer. Sampai
saat ini, terdapat kecenderungan penurunan luasan lahan berhutan, yang
disebabkan oleh semakin meningkatnya pengkonversian kawasan penggunaan
lahan/hutan menjadi kawasan budidaya non kehutanan. Selain itu juga ditambah
semakin maraknya perambahan lahan dan illegal logging serta secara
periodik sering terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan.
c. Fisiografi
dan Topografi
Secara
fisiografis DAS Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak terbagi menjadi 2 (dua) wilayah fisiografis, yaitu
wilayah fisiografis pegunungan (Mountain Region) yang diindikasikan oleh
unit wilayah Jajaran Pegunungan Terlipat dan Lembah yang tersusun oleh
unit-unit perbukitan dan pegunungan rendah (hills and low mountains)
dengan variasi ketinggian antara 50 ~ 1.500 m di atas permukaan laut. Wilayah
Fisiografi Pesisir (Coastal Region) yang terdiri atas unit wilayah
Daratan Pantai (Coastal Plains) yang memiliki variasi ketinggian antara
5 ~ 50 m di atas permukaan laut dan unit wilayah Rawa-rawa Pantai (Coastal
Swamps) yang memiliki variasi ketinggian antara 0 ~ 5 m di atas permukaan
laut. Sedangkan berdasarkan peta topografi, kelas kelerengan yang terdapat pada
DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak secara umum diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas kelerengan
yaitu : 0 – 2% (± 77.217ha); 2– 15 % (± 78.718 ha), 15 – 40 % (± 37.114 ha) dan
> 40% (± 1.351 ha).
d. Geologi dan
Jenis Tanah
Secara
geologis, DAS Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak tersusun oleh formasi-formasi batuan tersier
seperti formasi Pemalauan (Tomp), formasi Bebulu (Tmbl), formasi Pulaubalang
(Tmbp), formasi Yimino (Tmbp) dan formasi Kampungbaru (Tpkb). Formasi Pemaluan
tersusun oleh asosiasiasosiasi batulempung (claystone) dan serpih (shale)
dengan sisipan napal (marl), batupasir (sandstone) serta
batugamping (limestone). Formasi Bebulu tersusun oleh asosiasi-asosiasi
batugamping (limestone) dengan sisipan batulempung lanauan (silty-claystone)
dan sedikit napal. Formasi Pulaubalang (Tmbp) tersusun oleh perselingan
batupasir kuarsa (quartz sandstone), batupasir dan batulempung (sandstone
and clystone) dengan sisipan batu bara (coal). Formasi Yimino
tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa (quartz sandstone),
batulempung lanauan (silty-clystone) dan serpih (shale) dengan
sisipan napal (marl), batugamping (limestone) dan batu bara (coal).
Formasi Kampungbaru tersusun oleh asosiasiasosiasi batulempung pasiran (sandy
claystone), batupasir kuarsa (quartz sandstone), batulanau (siltstone),
sisipan batu bara (intercalation with coal), napal (marl),
batugamping (limestone) dan lignit (lignite).
Berdasarkan
klasifikasi tanah FAO/UNESCO 1974 jenis-jenis tanah yang terdapat pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak terutama
didominasi oleh jenis tanah Acrisol, kemudian disusul oleh jenis tanah
Arenosol, jenis tanah Histosol dan Fluvisol. Kedua jenis tanah Acrisol dan
Arenosol atau juga disebut tanah podsolik/ultisol merupakan tanah-tanah yang
sangat berisiko tinggi mengalami erosi (strongly erosion endangered).
e.
Hidrologi (Jaringan Sungai)
Secara
hidrologis, saluran-saluran sungai pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak menyatu ke Teluk
Balikpapan. Pola aliran (drainage pattern) saluran-saluran sungai DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak secara
umum menyerupai bentuk cabang-ranting-pohon (dendritic patern). Pola
tersebut bila dikaitkan dengan sistem aliran sungai (drainage system)
dapat mempercepat gerakan limpasan air dan mempermudah terjadinya erosi tanah
pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut
Distrik Sinak.
f.
Iklim
Berdasarkan
klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951) dan mengacu data curah hujan dari
stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika selama 15 tahun, maka DAS Teluk termasuk tipe iklim A dengan nilai Q = 7,1%,
hal ini berarti bahwa pada DAS relatif sangat basah dengan curah hujan yang
relatif tinggi. Sementara itu, berdasarkan data curah hujan selama periode
tersebut dapat diketahui bahwa curah hujan tahunan maksimum sebesar 2.770 mm,
minimum sebesar 1.448 mm. Selain itu, berdasarkan data kelembaban dan suhu
udara menunjukkan bahwa kelembaban nisbi maksimum sebesar 91%, minimum 78% dan
rataan sebesar 85%, sedangkan suhu udara maksimum sekitar 32oC,
minimum sekitar 22oC dan rataan sekitar 27oC. Berdasarkan
nilai-nilai elemen biogeofisik seperti tersebut di atas dapat menggambarkan
bahwa adanya kecenderungan penurunan luasan lahan berhutan, curah hujan yang
relatif tinggi sepanjang tahun pada DAS, yang didukung oleh kondisi topografi
yang sebagian besar bergelombang sampai dengan berbukit-bukit, jenis tanahnya
didominasi oleh jenis tanah acrisols dan arenosols (ultisols) atau podsolik
merah kuning yang sangat rentan terhadap erosi, pola jaringan sungai sebagian
besar berbentuk seperti percabangan pohon (dendritic pattern) yang
bersifat cepat mengalirkan limpasan air sungai, sehingga hal-hal tersebut tentu
dapat mempermudah proses terjadinya erosi dan sedimentasi pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
g. Kondisi Penutupan Lahan
Berdasarkan
hasil observasi lapangan, secara umum kondisi penutupan lahan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak sampai
saat ini terjadi kecendurangan penurunan luasanlahan berhutan, di antaranya
disebabkan oleh semakin meningkatnya pengkonversian kawasan penggunaan lahan
hutan menjadi kawasan budidaya non kehutanan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan jumlah penduduk yang semakin membutuhkan lahan garapan dan
perkembangan kegiatan pembangunan lainnya. Selain itu, juga ditambah semakin
maraknya perambahan lahan dan illegal logging serta secara periodik
sering terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan.
B.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah
Aliran Sungai/DAS (watershed) Sekitar
Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua
terletak pada 3 (tiga) wilayah administrasi pemerintahan, yaitu :
- Wilayah Pemerintahan Kota Ilaga
- Kabupaten puncak
- Kabupaten puncak jaya
Pada
DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut
Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua terdapat sungai- sungai
besar maupun kecil, di antaranya seperti Sungai Baliem, Sungai Tuk, Sungai logola,
Sungai agadugi dan Sungai tinigi yang airnya mengalir dan bermuara ke laut. DAS Yimino
Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua memiliki
peranan yang cukup penting dan strategis, di antaranya sebagai penyangga
kesinambungan fungsi teluk tersebut sebagai pelabuhan laut dan sumber
penghasilan masyarakat di sekitarnya serta kehidupan ekosistem perairan kawasan
teluk. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesinambungan fungsi tersebut, salah
satunya diperlukan sistem pengelolaan yang terpadu dan sinergik.
Sementara
itu, apabila dalam praktek pengelolaan DAS dan penerapan tata guna lahan yang
tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terencana dengan baik di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua, salah satunya dapat mempengaruhi
proses terjadinya erosi dan sedimentasi.
Erosi
adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh
media alami yang berupa air (air hujan). Tanah dan bagian-bagian tanah yang
terangkut dari suatu tempat yang tererosi disebut sedimen. Sedangkan
sedimentasi (pengendapan) adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh
suatu
limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan
airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun
kawasan tepi teluk/laut.
Erosi
dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten
Puncak Provinsi Papua bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif
pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil sedimen.
Dewasa
ini, berdasarkan hasil pemantauan yang pernah dilakukan oleh berbagai pihak terhadap
kondisi kawasan pesisir, laut sungai serta daratan, terlihat bahwa DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua telah mengalami gangguan atau
kemunduran kualitas ekosistem dan lingkungannya. Kemunduran kualitas lingkungan
ini terutama diindikasikan antara lain adanya pembukaan hutan mangrove untuk
areal pertambakan yang tidak memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan dan
terjadinya kekeruhan air pada muara-muara sungai di Kabupaten Puncak. Khususnya
permasalahan kekeruhan air tersebut disebabkan oleh adanya sedimen yang
terangkut bersama limpasan air sungai yang berasal dari tanah tererosi yang
terjadi pada daratan DAS Sekitar Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak. Sedangkan sedimen yang terangkut dan
bermuara ke Teluk Balikpapan, selain menimbulkan kekeruhan air, juga dapat
mengganggu kehidupan ekosistem perairan dan pendangkalan pada kawasan pelabuhan
laut Kabupaten punak. Sebenarnya, penyebab terjadinya erosi dan sedimentasi
sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berupa faktor alami
maupun kegiatan manusia.
Untungnya,
permasalahan erosi dan sedimentasi mudah dipahami dengan benar dan dapat
dilakukan dengan tindakan yang relatif sederhana untuk mencegah atau mengurangi
laju erosi dan sedimentasi.
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Jumlah Erosi Sungai Yimino
Berdasarkan
hasil penelitian kondisi DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak terjadinya peningkatan total sedimen pada pada tahun 2010 sebesar
± 8.926 ton/tahun berasal dari kejadian erosi
yang diprediksi sebesar ± 68.669 ton. Hal ini diduga kuat karena
perluasan lahan yang terbuka akibat kegiatan perambahan hutan dan lahan, juga akibat
terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, kondisi
biogeofisik DAS Wain yang berupa curah hujan yang relatif tinggi sepanjang
tahun, yang didukung oleh kondisi faktor bentuk dan kelerengan DAS tersebut
serta sifat tanahnya yang relatif peka terhadap erosi, maka secara sinergik
dapat mempercepat laju limpasan air (runoff) dan tanah tererosi yang
dapat menopang terjadinya proses percepatan sedimentasi Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
Kajian
ini terutama difokuskan pada pengukuran sedimentasi di bagian muara Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak beserta identifikasi dan penilaian terhadap tingkatan kekritisan
lahan dan bahaya erosi. tersebut. Selanjutnya, diharapkan adanya partisipasi
aktif dari berbagai pihak pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
mengupayakan penanggulangan permasalah erosi dan sedimentasi, sehingga kondisi
DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut
Distrik Sinak dapat diselamatkan dari ancaman bencana erosi dan
sedimentasi.
Luasan
lahan hutan primer yang cenderung semakin berkurang dan sebaliknya areal-areal
semak belukar maupun alang-alang yang semakin meluas tentu dapat mengakibatkan
lahan yang terbuka menjadi semakin luas atau sebaliknya luasan penutupan lahan (land
covering) menjadi semakin sedikit. Kondisi lahan seperti itu telah dikenal
sangat rentan dan dapat meningkatkan laju limpasan air permukaan (surface
runoff) maupun tanah tererosi. Selanjutnya, dapat meningkatkan laju
kontribusi sedimen ke Teluk Yimino yang akhirnya dapat mengakibatkan
pendangkalan dan mengganggu kehidupan ekosistem perairan di kawasan Teluk
tersebut. Sementara itu, bencana kebakaran hutan dan lahan yang pernah terjadi
juga dapat menambah peningkatan laju limpasan air permukaan maupun tanah tererosi
yang selanjutnya dapat menambah kontribusi sedimen.
a. Konsentrasi Sedimen Melayang
Hasil
pengambilan sampel sedimen melayang pada keempat bagian patusan (outlet)
Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak, setelah dianalisis untuk diukur dan dihitung besarnya konsentrasi
sedimen melayang (Cs). menunjukkan bahwa nilai konsentrasi sedimen melayang
rataan dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah berturut-turut terjadi
pada outlet Sungai Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak khususnya konsentrasi sedimen melayang pada outlet
Sungai Wain didapatkan paling rendah, karena lokasi sampling dilakukan pada
outlet setelah limpasan air sungai tersebut tertahan terlebih dahulu oleh Waduk
Wain, sehingga sebagian sedimen melayang tertahan oleh Waduk dan sebagian mengalir
ke outlet. Sedangkan untuk mengetahui kategori konsentrasi sedimen melayang
pada keempat sungai tersebut digunakan standar skala kualitas lingkungan Kep.
Men. KLH No. 2/1988 (Anonymous, 1988), dengan konsentrasi sebagai berikut:
Konsentrasi
Sedimen Melayang
Cs (mg/l)
> 500 250 – 500 100 – 250 0 – 100 0
Apabila
merujuk Standar Skala Kualitas Lingkungan tersebut, maka konsentrasi sedimen
melayang rata-rata yang dihasilkan pada masing-masing outlet Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dapat
dikelompokkan berdasarkan sebagai berikut:
Tabel
1. Konsentrasi Sedimen Melayang
Rata-Rata
No.
|
Outlet
|
Kategori
|
Ket
|
1
|
31,6
|
0-100
|
Baik
|
2
|
312,0
|
250-500
|
Jelek
|
3
|
103,4
|
100-250
|
Sedang
|
4
|
273,0
|
250-500
|
Jelek
|
Sumber
: Data Primer Diolah, 2011
Data
tersebut memperlihatkan bahwa berdasarkan standar skala kualitas lingkungan,
konsentrasi sedimen melayang pada outlet Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak termasuk kategori baik,
b. Debit Limpasan Air Sungai (Discharge)
Hasil
pengukuran Debit Limpasan Air Sungai (DLAS) yang dinotasikan Q, dilakukan
secara bersamaan dengan pengambilan sampel beban endapan layang pada keempat
outlet sungai tersebut yang bermuara ke Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
Hasil
perhitungan nilai DLAS pada Sungai Yimino
Desa Pamebut Distrik Sinak diperlukan untuk menentukan besarnya jumlah
sedimen melayang setiap satuan waktu atau disebut debit sedimen melayang.
c. Debit Sedimen Melayang (Discharge
of Suspended Sediment)
Hasil
perhitungan nilai debit sedimen melayang (Qs) pada Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak tersebut diperoleh dari
hasil perkalian antara DLAS (Q) dengan konsentrasi sedimen melayang (Cs).
Data
tersebut menunjukkan bahwa nilai debit sedimen melayang pada keempat outlet Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dari
yang terbesar sampai dengan terkecil berturut-turut yaitu sekitar 26.050,752
gr/detik (= 2.250,785 ton/hari),
sekitar 4.526,886 gr/detik (= 391,123 ton/hari), Sungai Sepaku sekitar
4.362,343 gr/detik (= 376,906 ton/hari) dan sekitar 78,273 gr/detik (= 6,763
ton/hari). Nilai debit sedimen melayang pada outlet sungai-sungai tersebut
secara umum relatif besar. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi biogeofisik
sebagian besar DAS Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak relatif mengalami gangguan terutama kondisi
hidroorologinya, yang diduga diakibatkan oleh perluasan lahan terbuka untuk
berbagai kegiatan dengan pola penggunaan lahan yang kurang tepat atau tidak
sesuai dengan potensi daya dukungnya, bahkan ditambah lagi oleh kondisi fisik jenis
tanahnya yang didominasi oleh jenis tanah acrisols dan arenosols (ultisols)
yang bersifat sangat peka terhadap erosi, dominasi topografi yang bergelombang
sampai berbukit, curah hujan tahunan yang relatif tinggi dan pola jaringan
sungai sebagian besar berbentuk seperti percabangan pohon (dendritic pattern)
yang bersifat cepat mengalirkan limpasan air sungai.
d. Kekritisan Lahan (Critical Land)
Analisis
kekritisan lahan dilakukan pada DAS Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, khususnya pada kawasan dengan luasan
sekitar 133.099 ha. Analisis ini diawali dengan cara melakukan overlapping antara
peta topografi/bentuk lapangan, peta kelerengan, peta jaringan sungai /bentuk
drainase dan peta penggunaan lahan (Gambar 4) yang terdapat pada masing-masing
Sub DAS tersebut, kemudian dinilai skornya sehingga dihasilkan jumlah satuan
lahan pada DAS Sungai Yimino Desa
Pamebut Distrik Sinak tersebut.
Selanjutnya,
hasil penentuan jumlah satuan lahan digunakan untuk memprediksikan Indeks
Erosivitas Tertimbang yang mencerminkan nilai kekritisan lahan DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak tersebut
yang hasilnya sebagai berikut:
Tabel
2. Penentuan Indeks Erosivitas
Tertimbang & Luas Lahan DAS
No.
|
Sub DAS
|
Indeks
Erosivitas Tertimbang
|
Luasan DAS
|
1
|
Sub DAS I
|
62,4
|
64.569 242,5
|
2
|
Sub DAS II
|
110,7
|
32.090 120,5
|
3
|
Sub DAS III
|
120,5
|
24.571 110,7
|
4
|
Sub DAS IV
|
242,5
|
11.869 62,4
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2011
Sedangkan
hasil penentuan urutan prioritas yang didasarkan pada hasil prediksi indeks
erosivitas tertimbang dan luasan DAS tersebut secara rinci disajikan sebagai
berikut
Berdasarkan
hasil analisis didapatkan bahwa tingkatan kekritisan lahan dengan pembagian
beberapa satuan lahan dan hasil prediksi indeks erosivitas tertimbang pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak ini.
secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sub DAS I termasuk prioritas pertama
(I) karena memiliki indeks erosivitas tertimbang terbesar yaitu 242,5 dan pada
Sub DAS ini dihasilkan 5 (lima) satuan lahan;
2. Sub DAS II termasuk prioritas kedua
(II) karena memiliki indeks erosivitas tertimbang terbesar kedua yaitu 120,5
dan pada Sub DAS ini dihasilkan 5 (lima) unit lahan;
3. Sub DAS III termasuk prioritas ketiga
(III) karena memiliki indeks erosivitas
tertimbang terbesar ketiga yaitu 110,7 dan pada Sub DAS ini dihasilkan 6 (enam)
satuan lahan;
4. Sub DAS IV termasuk prioritas keempat
(IV) karena memiliki indeks erosivitas tertimbang terbesar keempat yaitu 62,4
dan pada Sub DAS ini dihasilkan 7 (tujuh) satuan lahan.
Urutan
prioritas tingkatan kekritisan lahan pada keempat Sub DAS tersebut diduga
dipengaruhi oleh perbedaan luasan dan jumlah satuan lahan pada masing-masing
Sub
DAS. Hal ini berarti bahwa pada Sub DAS yang memiliki luasan lahan terluas dan
jumlah satuan lahan yang ada di dalamnya lebih sedikit dengan asumsi kondisi
keempat faktor biogeofisik yaitu topografi/bentuk lapangan, kemiringan
lapangan, bentuk drainase dan penggunaan lahan yang relatif mirip/sama, maka
cenderung dihasilkan indeks erosivitas tertimbang tertinggi. Sebaliknya apabila
suatu Sub DAS yang memiliki luasan lahan terkecil dan jumlah satuan lahan yang
ada di dalamnya lebih banyak, maka akan cenderung dihasilkan indeks erosivitas
tertimbang Selain itu, luasan satuan lahan yang semakin luas dengan kondisi
biogeofisik yang relatif mirip/sama akan cenderung menghasilkan jumlah erosi tanah
yang lebih besar.
e. Indeks Bahaya Erosi (Erosion Risk
Index)
Hasil
prediksi laju erosi tanah dan indeks bahaya erosi pada satuan-satuan lahan dari
masing-masing keempat Sub DAS di Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak secara rinci disajikan sebagai berikut
:
Kajian
Erosi dan Sedimentasi pada DAS Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak menunjukkan bahwa hasil prediksi laju
erosi tanah pada satuan-satuan lahan dari keempat Sub DAS di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak berkisar
antara 0,05 – 52 ton/ha/tahun dengan nilai kehilangan tanah yang masih bisa
ditoleransi (Tolerable Soil Loss) sebesar 9,6 ton/ha/tahun. Sehingga,
indeks bahaya erosi yang didapatkan pada satuan-satuan lahan tersebut berkisar
antara 0,005 - 5,42 dengan kategori rendah sampai dengan tinggi. Lokasi nilai
prediksi laju erosi tanah dan indeks bahaya erosi pada masing-masing satuan
lahan dari keempat Sub DAS di DAS Sungai
Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
Tabel
3. Jumlah Erosi yang Terjadi di Sungai
Yimino
No.
|
Sub DAS
|
Jumlah Erosi
(ton/ha/thn)
|
Ket
|
1
|
I
|
16,6
|
Sedang
|
2
|
II
|
32,6
|
Sedang
|
3
|
III
|
12,8
|
Sedang
|
4
|
IV
|
52
|
Tinggi
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011
Sedangkan
hasil prediksi laju erosi tanah dan indeks bahaya erosi terbesar pada
satuan-satuan lahan dari masing-masing keempat Sub DAS di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada Sub DAS I ditemukan di satuan lahan
III yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 16,6 ton/ha/tahun dengan
Indeks Bahaya Erosi sebesar,73 yang termasuk dalam katagori sedang. Vegetasi
penutup lahan tersebut berupa belukar dan alang-alang, kelas kelerengan antara
2 – 15% dan didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang bersifat
peka terhadap erosi.
2. Pada Sub DAS II ditemukan di satuan
lahan III yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 32,6 ton/ha/tahun dengan
Indeks Bahaya Erosi sebesar 3,4 yang termasuk dalam katagori sedang. Vegetasi
penutup lahan tersebut berupa semak belukar, kelas kelerengan antara 2 – 15%
dan didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang bersifat peka
terhadap erosi.
3. Pada Sub DAS III ditemukan di satuan
lahan III yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 12,8 ton/ha/tahun dengan
Indeks Bahaya Erosi sebesar 1,34 yang termasuk dalam katagori sedang. Vegetasi
penutup lahan tersebut berupa belukar, alang-alang dan pemukiman, kelas
kelerengan antara 15 – 40% serta didominasi oleh jenis tanah podsolik merah
kuning yang bersifat peka terhadap erosi.
4. Pada Sub DAS IV ditemukan di satuan
lahan IV yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 52 ton/ha/tahun dengan
Indeks Bahaya Erosi sebesar 5,42 yang termasuk dalam katagori tinggi. Vegetasi
penutup lahan tersebut berupa hutan sekunder pasca kebakaran dan semak, kelas
kelerengan antara 15 – 40% serta didominasi oleh jenis tanah podsolik merah
kuning yang bersifat peka terhadap erosi.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Selain beberapa pengaruh dan faktor-faktor
penyebab terjadinya erosi dan sedimentasi seperti tersebut di atas, secara umum
adanya beberapa permasalahan yang juga perlu dipertimbangkan adalah kenyataan
penerapan penggunaan lahan di lapangan yang tidak sesuai dengan peraturan hukum
yang berlaku. Diantaranya tumpang tindih (overlapping) penggunaan lahan,
praktek penggunaan dan pengelolaan lahan yang tidak tepat atau salah, adanya
perambahan hutan dan lahan serta terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan.
Semuanya ini menimbulkan peluang besar bagi terbentuknya perluasan lahan
terbuka dan lahan kritis yang sangat rentan terhadap erosi tanah.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
dan menanggulangi permasalahan erosi dan sedimentasi terutama yang terjadi pada
DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut
Distrik Sinak. Kajian Erosi dan Sedimentasi pada DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak diuraikan tersebut di atas, diperlukan langkah-langkah yang
konkrit dan upaya tindakan nyata secara terpadu.
Beberapa
akibat yang ditimbulkan oleh erosi dan sedimentasi amat mudah ditemukan, antara
lain menipisnya permukaan tanah, terjadinya selokan/parit alami, perubahan
vegetasi, kekeruhan dan sedimentasi di sungai, rawa, danau, kawasan penampungan
air maupun muara-muara sungai di Kabupaten Puncak.
Dalam
kaitannya dengan pengkajian program ini,
dikemukakan 5 (lima) pengaruh besar terhadap permasalahan erosi pada DAS
Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut
Distrik Sinak sebagai berikut:
1. Hilangnya Vegetasi.
Disebabkan
oleh kegiatan penebangan hutan, praktek-praktek pertanian, penyiapan lahan
untuk pemukiman, terbakarnya hutan dan padang rumput.
2. Lereng yang Curam.
Sebelah
Barat dataran pantai merupakan lahan berbukit-bukit pendek dengan lereng-lereng
curam dan puncak-puncak yang sempit.
3. Tanah yang Buruk.
Tanah-tanah
di DAS Teluk ini tercuci relatif dalam, yang melemahkan kesatuan strukturnya.
Bila tanah-tanah ini terbuka akibat pembukaan lahan dan kebakaran, maka dapat
terjadi erosi dan menghasilkan sejumlah besar sedimen berbutiran halus. Lapisan
di bawahnya berpotensi tinggi terjadi longsor bila jenuh terisi air hujan. Di
bagian Selatan DAS Teluk ini, tanah acrosol rentan terhadap erosi selokan/parit
dan longsor. Di sebelah Utara DAS Sekitar
Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, tanah arenosol mudah tercuci
dan rentan terhadap erosi lembar (erosi permukaan).
4. Curah Hujan yang Tinggi.
Total curah
hujan tahunan mencapai 2.000 mm dengan minimum 1.180 mm di bulan Oktober.
Limpasan air yang normal bisa mencapai sekitar 50%−60% dan
pembabatan/pembersihan vegetasi akan meningkatkan limpasan air dan berpotensi
terhadap kejadian erosi.
5. Pembangunan Infrastruktur.
Jalan dan
bangunan biasanya meningkatkan limpasan air dan konsentrasinya dalam masa yang
pendek. Sehingga, secara keseluruhan DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak merupakan daerah
yang sangat rentan terhadap erosi.
C. Analisis
statistik Berdasarkan Uji Regresi
Analisis Kwantitatif ini dimaksudkan
untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif atau numerik antara suatu
variabel dengan variabel yang lainnya. Hasil dari perhitungan ini nantinya akan
dipergunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi suatu kebijakan.
Hasil analisis regresi ini akan
menggambarkan seberapa jauh keterkaitan antara dua variabel atau lebih, dimana
hubungan variabel-variabel tersebut bersifat fungsional yaitu variabel yang
satu mempengaruhi dan variabel uang lain dipengaruhi.
Di dalam penulisan ini , Analisis
regresi berganda dipergunakan untuk melihat hubungan antara erosi dengan Curah Hujan yang dinyatakan
dalam x1, hubungan erosi dengan sifat tanah yang dinyatakan dalam x2,
hubungan erosi dengan tipografi yang dinyatakan dalam x3, hubungan
erosi dengan pengelolaan lahan yang dinyatakan dalam x4, terhadap
kemungkinan erosi yang dinyatakan dalam Y.
Selanjutnya untuk memudahkan data
tersebut diolah oleh komputer dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan program SPSS
(lihat lampiran) diketahui nilai :
a = 13.843, b1 = 11.476, b2 = 18.807, b3 =
10.234, b4 = 18.992
Dengan
demikian diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y
= 13.843 +11.476 (x1) +
18.807 (x2) + 10.234 (x3)
+ 18.992 (x4)
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat
bahwa variabel independen yaitu curah hujan, sifat tanah, tipografi, dan
pengolahan lahan mempunyai hubungan positif dengan tingkat erosi sebagai
variabel dependen. Hal ini ditunjukkan
oleh masing-masing nilai koefisien
sebagai berikut Konstanta :
a
= 13.843
Menunjukkan
nilai konstan tingkat erosi, jika keempat variabel yaitu curah hujan, sifat
tanah, topografi, dan pengolahan lahan adalah nol atau tidak terjadi perubahan
sama sekali, maka tingkat erosi kemungkinan sebesar 13.843 %
b1 = 11.476
Menunjukkan
bahwa naik turunnya tingkat erosi dipengaruhi oleh kondisi curah hujan dengan
asumsi variabel lainnya konstan, sehingga apabila curah hujan meningkat 11
% maka kemungkinan erosi akan meningkat
sebesar 11,476 %
b2 = 18.807
Menunjukkan
bahwa naik turunnya tingkat erosi dipengaruhi oleh sifat tanah dengan asumsi
variabel lainnya konstan, sehingga apabila sifat tanah berubah 1% maka kemungkinan erosi akan meningkat sebesar
18 %.
b3 = 10.234
Menunjukkan
bahwa turunnya tingkat erosi dipengaruhi oleh kondisi topografi tanah dengan
asumsi variabel lainnya konstan, sehingga apabila kondisi topografi tanah
berubah 1 % maka kemungkinan erosi akan
meningkat sebesar 10 %.
b4 = 18.992
Menunjukkan
bahwa elastisitas atau naik turunnya kondisi erosi juga dipengaruhi oleh
kegiatan pengolahan lahan dengan asumsi variabel lainnya konstan, sehingga
apabila pengolahan lahan disekitar sungai meningkat sebesar 1 % maka tingkat
erosi akan meningkat sebesar 18 %.
Untuk mengetahui derajat keeretan
hubungan antara semua variabel independen (curah hujan, sifat tanah, topografi,
dan pengolahan lahan) dengan variabel dependen ( tingkat erosi ), maka dapat
dilihat pada nilai koefisien korelasi.
Erat tidaknya korelasi tersebut,
diukur dengan nilai koefisien korelasi yang besarnya antara – 1 sampai dengan 1
dengan interpretasi apabila mendekati positif 1 ( satu ) maka terdapat hubungan
yang kuat (positif) antara variabel independen dan variabel dependen, begitupun
sebaliknya apabila hasil yang diperoleh mendekati – 1 maka tidak terdapat
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan komputer diperoleh nilai R
adalah 0.813. Ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara variabel
independen (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) dengan
variabel dependen ( tingkat erosi).
Hasil perhitungan pada lampiran
diketahui nilai koefisien korelasi (r) dari masing-masing variabel
independen yaitu bauran sebagai
berikut :
Tabel 4. Koefisien korelasi ( r )
variabel independen
(curah hujan, sifat tanah, topografi
dan pengolahan lahan)
Variabel Independen
|
R
|
X1
(curah hujan)
|
0,686
|
X2
(sifat tanah)
|
0,773
|
X3
(tipografi)
|
0,721
|
X4 (Pengolahan lahan)
|
0.813
|
Berdasarkan Tabel 4
tersebut, maka diketahui bahwa
variabel independen (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan)
berpengaruh positif terhadap tingkat erosi di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
Koefisien
determinasi
Untuk melihat seberapa kuat pengaruh
variabel bebas (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan)
terhadap variabel terikat (tingkat
erosi) maka digunakan koefisien
diterminasi dengan rumus:
r2
= (r2) . 100 %
Berdasarkan
hasil perhitungan SPSS (pada lampiran) diketahui nilai-nilai masing-masing r2
dan r
sebagai berikut :
r2 = 0,901
Berdasarkan rumus koefisien determinasi di atas, maka diketahui
r2 =
(r2) . 100 %
= (0,901)
x 100 %
= 91 %
Dari hasil perhitungan tersebut dan
dari data sofware SPSS diperoleh hasil
koefisien determinasi (r2) sebesar 0,91. Ini menunjukkan bahwa
secara keseluruhan pengaruh variabel
bebas (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) terhadap
variabel terikat (tingkat erosi) adalah
91 %, sehingga curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan
berpengaruh sangat kuat terhadap tinggi rendahnya tingkat erosi. Adapun 9 %
yang tidak berpengaruh disebabkan karena faktor-faktor lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi terjadi erosi pada daerah
aliran sungai Yimino, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.
Nilai
index erosi di sungai Yimino berdasarkan hasil prediksi laju erosi pada keempat
sub DAS yaitu pada keempat secara keseluruhan berpeluang besar terhadap risiko bahaya erosi tanah dengan
nilai tertinggi yaitu 52 ton/Ha/tahun.
2.
Faktor
yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan, sifat tanah, topografi, dan
pengolahan lahan. Berdasarkan hasil analisis statistik uji regresi di peroleh
bahwa kegiatan pengolahan lahan sangat mempengaruhi tingkat erosi yang
terjadi.
B. Saran
1.
Mengingat
relatif besarnya laju erosi tanah dan hasil sedimen yang terjadi pada DAS yang
dapat mengancam terhadap percepatan pendangkalan dan kehidupan ekosistem
perairan pada Teluk Yimino, maka disarankan perlu diupayakan tindakan
pengendalian laju erosi tanah dan rehabilitasi lahan pada daerah tangkapannya.
2.
Diperlukan
dukungan pemerintah Kabupaten terhadap upaya tindakan pengendalian laju erosi tanah
dan penanganan rehabilitasi lahan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, baik dalam hal pendanaan
maupun perangkat kebijakan (PERDA).
3.
Dalam
pelaksanaan kegiatan pengendalian laju erosi tanah dan rehabilitasi lahan pada
DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik
Sinak, disarankan memperhatikan urutan prioritas satuan lahan
berdasarkan tingkatan kekritisan lahan pada masing-masing Sub DASnya, agar
efisien dan efektif dalam pemanfaatan dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
4.
Perlu
dibuat petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan pengendalian laju erosi tanah dan
rehabilitasi lahan yang tepat dan sesuai dengan kondisi tapak (site)
suatu satuan lahan yang akan direhabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta:Bumi Aksara.
Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku
Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Bandung: www.ftsl.itb.ac.id/. 12 April 2011
Al-Rasyd
H., dan T. Samingan. 1980. Pendekatan Pemecahan Masalah Kerusakan Sumber Daya
Tanah dan Air Daerah Aliran Sungai Dipandang dari Segi Ekologi. Laporan No.
300. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor
Andriati
Pohan, Rizky. 2007 “DAS Butuh Dukungan Tanaman Keras” www.jurnalnasional.com
Arief Guritno dkk. 2003. Konsep Penerapan Teknologi Tepat
Guna Sebagai Alternatif Upaya Mengatasi Dampak Sumberdaya Air. Bogor: IPB.
Arsyad,
Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
G. Kartasapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hary Christady Hardiyatmo Penanganan Tanah Longsor dan Erosi.
2006 http://xavierbook.wordpress.com/2011/01/12
Hidayat, Yayat.dkk. 2003.
“Pemeliharaan Sungai Sebagai Salah Satu Upaya Mengatasi Problema Banjir di Das
Ciliwung Hilir” IPB Bogor.
Kartasapoetra,
Ir,S, G, dkk, 1985. Teknologi Konservasi Tanah & Air. Jakarta: Penerbit.
Rineka Cipta.
Kartasapoetra, Ir. Ance Gunawan. 2008
Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap tanah dan tanaman, Edisi revisi, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Kelompok
Kerja Erosi dan Sedimentasi. 2001. Kajian Erosi Dan Sedimentasi Pada DAS Teluk
Balikpapan Kalimantan Timur. Jakarta, Indonesia.
Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Masyarakat
Indonesia Hijau, Yayasan 2007. “Laporan Final Kegiatan Pembentukan Desa
Binaan Berwawasan Lingkungan Di Desa
Gemawang, Kecamatan Ngadirojo,Di Wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
Kabupaten Wonogiri”. YMIH.
Mulyani
Ir & Kartasapoetra,Ir, 1991 Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah
Pertanian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Edisi Baru.
Nasiah.
2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas
Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa
Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM. Yogyakarta.
Rismunandar,
1993. Tanah dan Seluk Beluknya bagi Pertanian, Bandung: Penerbit. Sinar baru
Algensindo.
Sihite,
Jamartin. 2001 Evaluasi Dampak Erosi Tanah Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan
dalam Perlindungan DAS : Kasus Sub-DAS Besai–DAS Tulang Bawang, Lampung.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Simon
Hasanu, 2007. Statistik Untuk Kehutanan. Jogjakarta: Penerbit. Pustaka Pelajar.
Soemarwoto
Otto, 1996. Analisis Mengenai Dampak lingkungan. Jogjakarta: Gadjah Mada
University Press
Sudarsono,
2006. Potensi dan Permasalahan Lingkungan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.
KLH, Jakarta.
Suratmo,
Gunawan, F, 2007. Analisis Mengenai Danpak Lingkungan. Jogjakarta: Penerbit. Gadjah Mada. Cetakan Ke – 11
Suripin
Dr, Ir,M Eng. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Jogjakarta:
Penerbit. Andi Offset.
Sutedjo
Mulyani Mulm Ir, 1989. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Tahim
Supli Effensi, Dr, Ir. 2000.
Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta:
Diterbitkan oleh PT. Bumi Aksara.
By.Othy Wirimbuck_Putra