Minggu, 09 November 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang   

Tanah dan air merupakan sumber daya alam yang utama bagi kehidupan, dimana kedua unsur ini satu sama lain saling mempengaruhi dan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan di muka bumi ini. Pemanfaatan yang tanpa memperhatikan kelestariannya akan mengakibatkan malapetaka yang besar dimasa kini dan masa yang akan datang.
Pemanfaatan dan pengelolaan tanah dan air terutama pada suatu daerah aliran sungai DAS sangat perlu untuk diperhatikan sungguh-sungguh, oleh karena dengan mengabaikan program-program pengelolaan DAS terhadap pemanfaatan tanah dan air tersebut akan mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas tanah dan kualitas air terutama akibat dari erosi  dan desimentasi.
Permukaan bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di lain tempat terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan berubah sepanjang masa. Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (Deteched) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin es atau gravitasi.

Erosi dibedakan menjadi dua yaitu erosi geologi (alami dan erosi dipercepat (Accelerated erosion) erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat, dimana jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk, erosi ini tidak berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangkan erosi dipercepat merupakan erosi yang terjadi lebih cepat akibat aktivitas manusia yang mengganggu keseimbangan alam. jumlah tererosi lebih banyak daripada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah di permukaan (Top soil) menjadi hilang.

Menurut Kartasapoetra, dkk (1991) mengemukakan bahwa erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan atau perbuatan manusia.

Faktor alam yang sangat berpengaruh terhadap erosi antara lain:  curah hujan yang tinggi, panjang dan kemiringan lereng, sifat- sifat tanah yang kurang pekah terhadap ancaman pukulan air hujan, penutupan tanah yang kurang memadai. Keadaan seperti ini  sangatlah mempengaruhi untuk terjadi suatu erosi tanah. Besar atau kecilnya erosi tersebut sangat tergantung pada keadaan geografisnya dimana peristiwa alam itu terjadi.  
Masalah erosi di Indonesia,  sudah dikenal sejak lama  hingga  kini ada, dan mungkin terus ada di masa yang akan mendatang hal ini disebabkan karena Kondisi geografis, iklim, cuaca di Indonesia sangat potensial hal ini dilihat dengan adanya perbedaan curah hujan, keadaan topografi, keadaan tanah sangat berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya di Indonesia.

Papua adalah salah satu daerah yang beriklim tropis di Indonesia karena secara geografis Papua terletak di wilayah paling timur yang perbatasan dengan Negara Papua Nugini dan berada pada garis khatulistiwa, sehingga keadaan iklim dengan cuaca yang panas dan lembab di daerah pantai sedangkan cuaca dingin dan bersalju pada bagian yang tertinggi di daerah pegunungan. Keadaan Topografinya sangat bervariasi mulai dari yang sangat tinggi, menengah sampai yang lebih rendah (lembah).
Keadaan tanah di Papua juga sangat bervariasi ada yang mudah tererosi dan adapula yang pekah terhadap ancaman erosi. jenis–jenis tanah yang tersusun di Papua meliputi: Jenis tanah alluvial, Latasol, mediterania, Podsol dan Litosol, jenis tanah dominan adalah latosol merupakan jenis tanah dengan kesuburan tanah rendah hingga sedang seluas ±  7.066.636 ha (17%). Sedangkan jenis tanah yang paling sedikit terdapat di Papua adalah mediterania seluas ± 1.593.099 ha (4 %). Jenis tanah latosol tersebar di sebagian besar wilayah kabupaten kota, kecuali di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mapi. Hasil Penelitian tanah oleh badan pertanahan Propinsi Papua tahun 2008.
Beberapa bulan yang silam di Papua khususnya daerah Sinak terjadi kelongsoran tanah, dan erosi akibat hujan deras dengan kekuatan 2.15 mm/ hari. Hal ini disaksikan oleh penulis sendiri sewaktu ada di daerah kejadian tersebut.  Proses gejala alam seperti ini tidak harus dibiarkan sebagai aktivitas interaksi geologis antara faktor yang satu dengan faktor faktor lainnya, tetapi perlu di lakukan upaya serius dalam rangka memproteksi terhadap bahayanya ancaman erosi yang lebih berat atau dahsyat, jika tidak ditangani secara cepat maka akan menimba malapetaka yang lebih besar di masa mendatang.  

Bertolak dari permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul:

 “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Erosi di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.“


B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya erosi di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua?

C.   Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk: mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.

D.   Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian adalah:
1.     Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Puncak-Papua dalam rangka menyusun perencanaan program pengelolaan Kawasan  dan upaya pencegahan terjadinya erosi terutama di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.
2.     Sebagai bahan Referensi dan informasi penting bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian masalah yang berhubungan dengan erosi.
3.     Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman baru bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu di bidang pertanian dan kehutanan khususnya dalam penelitian ilmiah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian Erosi        

Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin dan atau gravitasi, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Jadi erosi diartikan sebagai suatu proses gejala alam yang dapat merubah keadaan menjadi lebih rusak, dimana tanah dihancurkan oleh kekuatan air, angin dan es, kemudian diangkut/ dipindahkan ke tempat lain, baik terjadi secara alami ataupun akibat dari tindakan/aktivitas manusia yang mengganggu ekosistem lingkungan, Sehingga keadaan tanah mengalami kerusakan atau hilang akibat erosi dan sedimentasi.
Di daerah tropis, seperti di negara kita mempunyai curah hujan tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh angin tidak begitu banyak terjadi. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain: didalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya.
Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian terjadilah perpindahan lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah (Sjahrullah, 1987).
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain (Arsyad, 1989: 67).
Ada dua macam erosi, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal juga disebut erosi geologi atau erosi alami merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah (Arsyad, 1989).
Erosi dipercepat dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain (Arsyad, 1989: 67 dalam Nasiah 2000: 78) sebagai berikut:
a.    Merosotnya peroduktivitas tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.
b.    Sungai, waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga daya guna dan basil guna berkurang.
c.    Secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim penghijauan dan kekeringan pada musim kemarau.
d.    Dapat menghilangkan fungsi hidrologi tanah.
Dengan demikian berikut ini adalah b

eberapa pendapat para ahli tentang pengertian erosi adalah sebagai berikut:
Menurut Tedjoyuwono (1998:74) Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpasan), es bergerak atau angin. 
Menurut Kartasapoetra, dkk (1991: 35), Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat dari tindakan atau perbuatan manusia.

Menurut, Kartasapoetra, dkk, (1991: 41) mengemukakan bahwa kejadian erosi melalui tiga tahapan atau proses adalah sebagai berikut:
a.    Detachment atau pelepasan partikel-partikel tanah oleh pukulan butiran air hujan.
b.    Transportation atau penghanyutan partikel-partikel tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang rendah.

c.    Deposition atau pengendapan partikel-partikel tanah yang telah dihanyutkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa erosi adalah suatu proses dimana tanah, batu atau material lainya yang di angkut ke tempat lain dengan kekuatan tenaga air, angin dan es yang terjadi baik secara alami ataupun akibat dari tindakan/ perbuatan manusia.

 Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami berupa air dan angin. Misalnya erosi di daerah beriklim basah faktor yang berperan penting adalah air sedangkan angin tidak berarti. Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena pengaruh alamiah dan aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (Asdak, 1995: 441).

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian erosi adalah suatu proses pengikisan dan atau pengangkutan tanah, batuan dan material lainnya yang diangkut ke tempat lain dengan kekuatan air hujan, angin dan gletser (es) dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, sehingga dimana tempat kejadian erosi mengalami kekurangan sementara di tempat dimana penerima hasil erosi terjadi penimbunan.

B.   Faktor–faktor yang mempengaruhi Erosi

Pada dasarnya erosi sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor iklim, sifat tanah, topografi, vegetasi (penutup tanah), dan manusia.   Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a)    Faktor Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap erosi (Erosivitas) adalah curah hujan, temperatur, angin, kelembaban dan radiasi matahari. Dari kelima faktor iklim tersebut hujan merupakan faktor yang terpenting. Hasil penelitian (Utomo, 1988) menunjukan bahwa sifat hujan yang terpenting adalah curah hujan, intensitas dan distribusi. Ketiga sifat hujan ini secara bersama-sama akan menentukan kemampuan hujan untuk menghancurkan butir-butir tanah serta jumlah dan kecepatan limpasan permukaan.

Curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah. Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu yang singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam menentukan erosi, hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi, energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan oleh ukuran butir-butir hujan dan kecepatan angin.

Berkaitan dengan ini, menurut Suripin (2001:41) mengemukakan bahwa energi hujan terdiri dari dua komponen; (a) energi potensial (Ep) dan (b) energi kinetik (Ek), energi potensial timbul adanya perbedaan tinggi antara benda dan titik tinjau, energi potensial ini didefinisikan sebagai hasil kali antara massa, beda tinggi dan percepatan gravitasi, sedangkan energi kinetik / energi gerak merupakan yang berkaitan dengan massa dan kecepatan
b)    Sifat –sifat tanah.

Dalam kaitan dengan erosi, maka yang perlu dikaji adalah sifat fisik tanah yang merupakan komponen penting dalam menentukan mudah/tidaknya melawan ancaman dari luar terhadap esistensi tanah itu sendiri, ancaman yang dimaksud adalah pergerakan angin dan pukulan butiran air hujan yang jatuh pada permukaan bumi. Sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap erodibilitas meliputi: tekstur tanah, struktur, infiltrasi, dan kandungan bahan organik, (Suripin, 2001): 


(1)   Tekstur tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari berbagai golongan besar partikel tanah  dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi liat, lempung dan pasir. dari ketiga tekstur tersebut memiliki sifat fisiknya berbeda antara satu dengan lainnya, ada yang mudah dan cepat berintifiltrasi air ke dalam tanah adapula lambat/ sukar.

Tekstur tanah  turut menentukan tata air dalam tanah yaitu berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Dalam tekstur tanah memiliki dua sifat utama: (1) Kapasitas infiltrasi, yaitu Kemampuan tanah untuk meresapkan air, (2) Permeabilitas tanah, yaitu permeabilitas dari lapisan tanah yang berlainan, Suripin (2001:46)

(2)     Struktur tanah
Struktur tanah adalah beberapa komponen tanah yang tersusun  dalam tanah dan saling berpengaruh  dalam proses pembentukan tanah.
Suripin (2001) struktur tanah dibagi menjadi dua golongan, yakni struktur makro dan mikro, Struktur  makro adalah susunan agregat-agregat tanah satu dengan lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir- butir primer tanah (pasir, lempung dan liat)
Berdasarkan tipe dan kedudukan agregat, struktur mikro dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu, remeh lepas, remeh  sedang dan lekat lengket.

(3)     Infiltrasi
Adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah secara vertikal. Sedangkan banyaknya air yang masuk melalui permukaan tanah persatuan waktu di kenal sebagai laju infiltrasi. Nilai laju infiltrasi sangat tergantung pada kapasitas infiltrasi yaitu dengan kemampuan tanah untuk melewatkan air dari permukaan tanah secara verikal. Kapasitas infiltrasi bervariasi terhadap sifat alamiah tanah’ antara lain porositas, kelembaban awal, dan kemiringan tanah.
Faktor struktur tanah yang turut menentukan laju infiltrasi adalah jumlah, ukuran dan kemantapan pori.
(4)     Kandungan Bahan Organik
Bahan organik adalah sejumlah lapisan tanah yang berukuran kecil dan dalam komposisinya adalah lapisan tanah atas yang memegang peranan penting dalam menentukan sifat–sifat tanah, bahan organik ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan sifat-sifat dan pertumbuhan tanaman. Sifat–sifat tersebut adalah sebagai berikut:

(1)       Sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah)
(2)       Sumber unsur hara
(3)       Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
(4)       Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara, kapasitas tukar kation menjadi tinggi
(5)       Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus.
Dalam kaitannya dengan erosi tanah, Bennet dalam Suripin (2001) menyatakan bahwa fungsi bahan organik dalam pencegahan terjadinya erosi antara lain:
1.     Dapat memperbaiki aerasi tanah
2.     Mempertinggi kapasitas air tanah dan
3.     Memperbaiki daerah perakaran.
Tjwan (1968) dalam Suripin, (2001) menyatakan bahwa peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah menaikkan kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya tahan air tanah.
Selanjutnya Darmawidjata, dalam Suripin, (2001) juga dengan hasil penelitiannya menyatakan bahwa peranan bahan organik  dalam pengendalian tata air adalah:

(1)       Memperbaiki peresepan air ke dalam tanah
(2)       Mengurangi aliran permukaan
(3)       Mengurangi perbedaan kandungan air dalam tanah dan sungai antara musim hujan dan musim kemarau.
Faktor-faktor tanah yang berpengaruh antara lain adalah:
a)     Ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, dan
b)     Kemampuan tanah untuk menyerap air hujan melalui perkolasi dan infiltrasi, (Utomo, 1989).
Kepekaan tanah atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda- beda dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan organik sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi, (Suwanto,1984).
Menurut, Utomo (1989) Nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan terhadap daya rusak dari luar dan Kemampuan tanah menyerap air (Infiltrasi dan Perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya masa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan Perkolasi mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran masa tanah.
Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuan untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis dapat berubah atau diubah oleh waktu atau pengolahan tanah, (Utomo, 1989)
Menurut, Arsyad (1986) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah: Tekstur, Struktur, bahan organik dan sifat lapisan bawah tanah. Tanah dengan liat yang tinggi sukar tererosi, karena tanah liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah. Struktur tanah mempengaruhi besarnya erosi, tanah–tanah yang berstruktur granuler lebih terbuka dan akan menyerap air lebih cepat daripada tanah yang berstruktur masif

Demikian pula peranan bahan organik penting terhadap stabilitas struktur tanah, karena bahan organik tanah berfungsi memperbaiki kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya pegang air tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi adalah permeabilitas, (Syarief, 1986).

Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi (Eridibilitas) adalah:
(1) Tekstur Tanah
Tiga unsur utama tanah adalah pasir (Sand), debu (Silt), dan Liat (Clay). Tanah dengan unsur dominan liat tidak mudah tererosi oleh karena ikatan partikel-partikel tanah kuat, demikian pula tanah yang dominan pasir (tanah dengan tekstur kasar) sulit untuk tererosi oleh karena laju infiltrasi besar sehingga menurunkan laju aliran permukaan. Sebaliknya pada tanah dengan unsur utama debu, merupakan kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya erosi.

(2) Struktur Tanah
Bentuk struktur tanah yang membuat (granuler remah, gumpal, membulat). Menghasilkan tanah dengan prositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah dan aliran permukaan menjadi kecil, sehingga turut memperbaiki  laju erosi.

(3) Unsur Organik
Unsur organik cenderung memperbaiki struktur tanah dan bersifat meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, dan kesuburan tanah. Kumpulan unsur organik di atas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian dan dengan demikian menurunkan potensi terjadinya erosi.

(4) Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah menunjukan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi, menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian menurunkan laju air larian (aliran permukaan). Struktur dan tekstur tanah serta unsure organik lainnya ikut ambil bagian dalam menentukan permeabilitas tanah

c)    Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor penting untuk terjadinya erosi, Karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya alur dan erosi parit. Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi daripada lereng bagian atas karena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah.

d)    Vegetasi Penutup Tanah
Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah: (1) Melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbuhkan air hujan (2) menurunkan kecepatan air larian,(3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya, dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air.
Dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan. Semakin rendah dan rapat tumbuhan bawah semakin efektif pengaruh vegetasi dalam melindungi permukaan tanah terhadap ancaman erosi, karena akan menurunkan kecepatan air hujan dan dengan demikian menurunkan besarnya tumbuhkan tetesan air hujan ke permukaan tanah

e)    Manusia
Manusia dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi positif dan dari sisi negative dari sisi positif adalah manusia berperan sebagai penyelamat alam dalam hal ini pengelolaan tanah sesuai dengan kaidah observasi, melakukan konservasi secara  berkelanjutan sehingga dapat mengurangi erosi dan atau sebaliknya mendorong proses cepat terjadinya suatu erosi akibat perbuatan manusia yang merusak lingkungan, terutama dalam pengelolaan tanah dan air di daerah aliran sungai yang merupakan tempat sasaran erosi.

C.   Dampak Erosi

Erosi normal atau erosi geologi maupun erosi dipercepat akibat perbuatan manusia, keduanya menimbulkan banyak kerugian mataerial. Kerugian itu terlihat nampak pada tempat dimana hasil tererosi tersebut dihanyutkan
Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi, tetapi juga kerusakan di tempat lain dimana hasil erosi tersebut diendapkan, nampak erosi dapat ditemui: 
a)     di tempat terjadinya erosi
b)     di tempat penerima hasil erosi

Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanah ini mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a)     Menghasilkan tanah kritis di berbagai tempat
b)     Menurunnya produksi sebagai mengurangi pendapatan petani
c)     Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman
d)     Kualitas tanaman menurun
e)     Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang
f)      Struktur tanah menjadi rusak
Dampak lain dari erosi adalah sedimen dan polutan pertanian yang terbawa air akan menumpuk di suatu tempat, hal ini menyebabkan pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem, pencemaran air minum.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini  dilaksanakan di sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua. Waktu Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2011.

B.    Populasi dan Sampel

1.    Populasi
Daerah populasi dalam penelitian ini adalah di Seluruh sekitar Sungai Yumino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua.
2.    Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sistem sampel acak berstrata (stratified random sampling technique) yaitu cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu dan setelah digolongkan lalu ditentukan jumlah sampel dengan sistem pemilihan secara acak.

C.  Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi lapangan, dan dokumentasi.
1.     Observasi Lapangan
Peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian dengan tujuan untuk mengamati secara langsung semua objek penelitian, mencatat, mengukur dan mengambil sampel beberapa jenis tanah di lokasi penelitian.
2.     Dokumentasi 
Data curah hujan diperoleh dari beberapa stasiun terdekat di daerah penelitian. Selain data curah hujan juga memperoleh data lain dari dinas yang terkait sebagai referensi dalam penyusunan laporan hasil penelitian terutama dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Puncak Provinsi Papua.

D.    Teknik Analisis Data
Data dari hasil penelitian, lapangan, uji laboratorium dan dokumentasi akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.Teknik analisis data dengan pendekatan Metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah sebagai berikut:

A = R, K, LS, C, P ……………….   (3.1)

        
Dimana:
A         = Kehilangan Tanah (ton/ha/Tahun)
R         = Faktor Erosivitas Hujan
K         = Faktor erodibilitas Tanah
LS       = Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
C         = Faktor Pengelolaan Lahan
P         = Faktor Konservasi Tanah

Analisis atau perhitungan erosi permukaan dimulai dengan menghitung beberapa parameter dari faktor yang dirumuskan diatas adalah sebagai berikut:

a.    Parameter Pengamatan

1.     Faktor Erosivitas hujan (R)
            Faktor (R) dihitung dari data curah hujan tahunan dengan menggunakan persamaan :
         i

R  = ∑ EI / 100 x ……................. (3.2)

        n



Dimana:
R  =  Erosivitas hujan rata-rata tahun
N  = Jumlah Kejadian hujan dalam kurung waktu satu tahun
       (musim hujan)
             x  = Jumlah tahun / musim hujan yang digunakan sebagai dasar  
                   perhitungan

  Jika di Lokasi penelitian tidak terdapat alat penakar curah hujan standar tipe Automatic Rainfall gauge, maka nilai erosivitas hujan rata-rata tahunan dihitung dengan menggunakan persamaan Bols (1978) sebagai berikut:


EI  = 6, 119 (RAIN) ¹’ ¹ (DAYS) ⁻⁰´⁴⁷ (MAXP) ³ ……..(3.3)
 ³

Dimana:
  EI     = Indeks Erosivitas hujan
    ³
  Rain  = Curah hujan rata-rata tahunan (cm)
  Days = Jumlah hari hujan rata-rata tahun (hari)
Maxp = Curah hujan maksimun rata-rata dalam 24 jam perbulan
              untuk kurun waktu satu tahun (cm).
                         

                         

2.  Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Besarnya nilai erodibilitas tanah (K) dapat diuji di laboratorium dan hasil pengamatan lapangan dengan mengunakan rumus berikut:
  
   2,713M¹´¹   (10 ⁻⁴) (12  - OM) +3,25(S- 2)+ 2,5 (P- 3)
K =                                                                                              ........  (3.4)  
                                      100
                                                                                          
Dimana:                                                                                            
K     = Indeks erodibilitas tanah
M    = Persentase ukuran partiel (% debu+pasir sangat halus) x (100- % liat)
  OM = Persentase unsur organik
S    = Kode Struktur tanah
P    = Kode permeabilitas tanah

3.     Faktor panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Panjang dan kemiringan lereng dapat dihitung dengan cepat dan akurat dari peta topografi / peta rupa bumi skala 1: 50.000 maupun skala 1: 100.000. Untuk menghitung besarnya kemiringan lereng (S) digunakan rumus berikut:
                   (n - 1)  x C. 1
S    =                                                   x 100 % ……… (3.5)
                            2a



Dimana:
S            = Kemiringan Lereng (%)
n            = Jumlah garis kontur yang memotong diagonal jarring –jaring
C.1.       = Interval kontur (meter)
a                        = Panjang jaring-jaring sebenarnya (meter)

Untuk panjang suatu lereng, dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari minimal 10 kali pengukuran pada peta rupa bumi untuk tiap lahan. Panjang lereng sebenarnya dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
                10
                   -
                 ∑         LF
                I=1
L =                                        ……………… (3.6)
            10 Cos ѳ

Dimana :       
                        L          = Panjang lereng sebenarnya (meter)
                        Lf         = Panjang lereng yang diukur pada peta (cm)
                        ѳs        = Sudut kemiringan lereng (derajat).

Dalam perhitungan erosi dengan menggunakan persamaan USLE komponen panjang dan kemiringan lereng (LdanS) diintegrasikan menjadi faktor topografi (LS). Nilai LS tersebut dihitung dengan persamaan berikut:

   LS = L    (C, 00138 S+ 0, 00965 S+ 0, 0138) ……. (3.7 )


Dimana:
LS  = Nilai indeks faktor panjang dan kemiringan lereng
L    = Panjang lereng (meter)
S   = Kemiringan lereng (%)

4.     Faktor Pengelolaan Lahan (C)
Untuk nilai faktor (C) pengelolaan tanaman akan ditentukan kemudian setelah melakukan observasi di lokasi penelitian, karena belum diketahui macam dan jenis tanaman yang ada di lokasi penelitian.

b.   Pengaruh Faktor- faktor

Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor terhadap erosi digunakan regresi linear berganda:
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + c
Dimana :
Y   = Faktor variabel dependen (erosi dalam ton/Ha)
a    = Konstanta
b    = Arah regresi
x1   = Iklim
x2   = Sifat-sifat tanah
x3   = Topografi
x4   = Vegetasi
C   = Pengolahan lahan

E.     Definisi Operasional Variabel

Masalah yang berhubungan dengan erosi, maka variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi, faktor-faktor tersebut antara lain: iklim, sifat-sifat tanah, topografi, vegetasi, dan manusia keelima variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

1.  Faktor Iklim, cuaca dan curah hujan
a)        Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap.
b)        Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah–ubah dari waktu ke  waktu.
c)         Hujan dan curah hujan
Hujan adalah butiran–butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke permukaan bumi, sedangkan curah hujan adalah banyaknya air yang turun dari atmosfer ke permukaan bumi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer dan bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es kemudian jatuh di permukaan bumi.
2.  Sifat Tanah:
Sifat tanah adalah keadaan tanah yang membedakan antara satu partikel tanah   dengan partikel tanah yang lainnya, sifat tanah sangat berpengaruh terhadap erosivitas, sifat. Tekstur tanah¸ struktur, bahan organik.
3.  Topografi:
Topografi diartikan sebagai suatu keadaan daerah/ lokasi atau wilayah yang membedakan antara satu dengan yang lain. Perbedaan keadaan itu disebut lereng. Bukit/ gunung dll. Panjang dan kemiringan lereng merupakan dua unsur yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu erosi. 
4.  Vegetasi
Adalah penutupan tanah/ semua jenis tumbuhan yang bertumbuh dan hidup diatas tanah yang berfungsi untuk melindungi tanah dari ancaman erosi baik oleh curah hujan, angin maupun es atau pergerakan geologi lainnya.
5.  Manusia
  Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah



 
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.   Gambaran Umum

Kondisi biogeofisk pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak umum dapat dirinci sebagai berikut:

a.    Letak dan Luas

Menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, termasuk ke dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu wilayah pemerintah Kabupaten, Kabupaten Puncak dan wilayah Kabupaten Puncak Jaya Secara geografis DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak terletak di antara 01°25’ ~ 01°45’ LS dan 116°20’ ~ 117°00’ BT. Berdasarkan penelusuran kartografis secara umum total wilayah DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak seluas ± 194.400 ha.

b.    Vegetasi
Sebaran kelompok vegetasi yang terdapat di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dari muara sampai dengan kawasan hulu (bagian daratan pedalaman) dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu bagian muara danpinggiran sungai didominasi oleh vegetasi mangrove, bagian daratan tengah didominasi oleh semak belukar, alang-alang dan tanaman budidaya, serta pada daratan hulu DAS didominasi oleh vegetasi hutan sekunder dan primer. Sampai saat ini, terdapat kecenderungan penurunan luasan lahan berhutan, yang disebabkan oleh semakin meningkatnya pengkonversian kawasan penggunaan lahan/hutan menjadi kawasan budidaya non kehutanan. Selain itu juga ditambah semakin maraknya perambahan lahan dan illegal logging serta secara periodik sering terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan.

c.    Fisiografi dan Topografi

Secara fisiografis DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak terbagi menjadi 2 (dua) wilayah fisiografis, yaitu wilayah fisiografis pegunungan (Mountain Region) yang diindikasikan oleh unit wilayah Jajaran Pegunungan Terlipat dan Lembah yang tersusun oleh unit-unit perbukitan dan pegunungan rendah (hills and low mountains) dengan variasi ketinggian antara 50 ~ 1.500 m di atas permukaan laut. Wilayah Fisiografi Pesisir (Coastal Region) yang terdiri atas unit wilayah Daratan Pantai (Coastal Plains) yang memiliki variasi ketinggian antara 5 ~ 50 m di atas permukaan laut dan unit wilayah Rawa-rawa Pantai (Coastal Swamps) yang memiliki variasi ketinggian antara 0 ~ 5 m di atas permukaan laut. Sedangkan berdasarkan peta topografi, kelas kelerengan yang terdapat pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak secara umum diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas kelerengan yaitu : 0 – 2% (± 77.217ha); 2– 15 % (± 78.718 ha), 15 – 40 % (± 37.114 ha) dan > 40% (± 1.351 ha).

d.    Geologi dan Jenis Tanah

Secara geologis, DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak tersusun oleh formasi-formasi batuan tersier seperti formasi Pemalauan (Tomp), formasi Bebulu (Tmbl), formasi Pulaubalang (Tmbp), formasi Yimino (Tmbp) dan formasi Kampungbaru (Tpkb). Formasi Pemaluan tersusun oleh asosiasiasosiasi batulempung (claystone) dan serpih (shale) dengan sisipan napal (marl), batupasir (sandstone) serta batugamping (limestone). Formasi Bebulu tersusun oleh asosiasi-asosiasi batugamping (limestone) dengan sisipan batulempung lanauan (silty-claystone) dan sedikit napal. Formasi Pulaubalang (Tmbp) tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa (quartz sandstone), batupasir dan batulempung (sandstone and clystone) dengan sisipan batu bara (coal). Formasi Yimino tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa (quartz sandstone), batulempung lanauan (silty-clystone) dan serpih (shale) dengan sisipan napal (marl), batugamping (limestone) dan batu bara (coal). Formasi Kampungbaru tersusun oleh asosiasiasosiasi batulempung pasiran (sandy claystone), batupasir kuarsa (quartz sandstone), batulanau (siltstone), sisipan batu bara (intercalation with coal), napal (marl), batugamping (limestone) dan lignit (lignite).

Berdasarkan klasifikasi tanah FAO/UNESCO 1974 jenis-jenis tanah yang terdapat pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak terutama didominasi oleh jenis tanah Acrisol, kemudian disusul oleh jenis tanah Arenosol, jenis tanah Histosol dan Fluvisol. Kedua jenis tanah Acrisol dan Arenosol atau juga disebut tanah podsolik/ultisol merupakan tanah-tanah yang sangat berisiko tinggi mengalami erosi (strongly erosion endangered).

e.    Hidrologi (Jaringan Sungai)

Secara hidrologis, saluran-saluran sungai pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak menyatu ke Teluk Balikpapan. Pola aliran (drainage pattern) saluran-saluran sungai DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak secara umum menyerupai bentuk cabang-ranting-pohon (dendritic patern). Pola tersebut bila dikaitkan dengan sistem aliran sungai (drainage system) dapat mempercepat gerakan limpasan air dan mempermudah terjadinya erosi tanah pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.

f.     Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951) dan mengacu data curah hujan dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika  selama 15 tahun, maka DAS Teluk  termasuk tipe iklim A dengan nilai Q = 7,1%, hal ini berarti bahwa pada DAS relatif sangat basah dengan curah hujan yang relatif tinggi. Sementara itu, berdasarkan data curah hujan selama periode tersebut dapat diketahui bahwa curah hujan tahunan maksimum sebesar 2.770 mm, minimum sebesar 1.448 mm. Selain itu, berdasarkan data kelembaban dan suhu udara menunjukkan bahwa kelembaban nisbi maksimum sebesar 91%, minimum 78% dan rataan sebesar 85%, sedangkan suhu udara maksimum sekitar 32oC, minimum sekitar 22oC dan rataan sekitar 27oC. Berdasarkan nilai-nilai elemen biogeofisik seperti tersebut di atas dapat menggambarkan bahwa adanya kecenderungan penurunan luasan lahan berhutan, curah hujan yang relatif tinggi sepanjang tahun pada DAS, yang didukung oleh kondisi topografi yang sebagian besar bergelombang sampai dengan berbukit-bukit, jenis tanahnya didominasi oleh jenis tanah acrisols dan arenosols (ultisols) atau podsolik merah kuning yang sangat rentan terhadap erosi, pola jaringan sungai sebagian besar berbentuk seperti percabangan pohon (dendritic pattern) yang bersifat cepat mengalirkan limpasan air sungai, sehingga hal-hal tersebut tentu dapat mempermudah proses terjadinya erosi dan sedimentasi pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.

g.    Kondisi Penutupan Lahan

Berdasarkan hasil observasi lapangan, secara umum kondisi penutupan lahan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak sampai saat ini terjadi kecendurangan penurunan luasanlahan berhutan, di antaranya disebabkan oleh semakin meningkatnya pengkonversian kawasan penggunaan lahan hutan menjadi kawasan budidaya non kehutanan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk yang semakin membutuhkan lahan garapan dan perkembangan kegiatan pembangunan lainnya. Selain itu, juga ditambah semakin maraknya perambahan lahan dan illegal logging serta secara periodik sering terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan.

B.   Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai/DAS (watershed) Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua terletak pada 3 (tiga) wilayah administrasi pemerintahan, yaitu :
-  Wilayah Pemerintahan Kota Ilaga
-  Kabupaten puncak
-  Kabupaten puncak jaya

Pada DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua terdapat sungai- sungai besar maupun kecil, di antaranya seperti Sungai Baliem, Sungai Tuk, Sungai logola, Sungai agadugi dan Sungai tinigi yang airnya mengalir dan bermuara ke laut.  DAS Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua memiliki peranan yang cukup penting dan strategis, di antaranya sebagai penyangga kesinambungan fungsi teluk tersebut sebagai pelabuhan laut dan sumber penghasilan masyarakat di sekitarnya serta kehidupan ekosistem perairan kawasan teluk. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesinambungan fungsi tersebut, salah satunya diperlukan sistem pengelolaan yang terpadu dan sinergik.
Sementara itu, apabila dalam praktek pengelolaan DAS dan penerapan tata guna lahan yang tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terencana dengan baik di Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua, salah satunya dapat mempengaruhi proses terjadinya erosi dan sedimentasi.

Erosi adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan). Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi disebut sedimen. Sedangkan sedimentasi (pengendapan) adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh suatu 
limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun kawasan tepi teluk/laut.
Erosi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil sedimen.

Dewasa ini, berdasarkan hasil pemantauan yang pernah dilakukan oleh berbagai pihak terhadap kondisi kawasan pesisir, laut sungai serta daratan, terlihat bahwa DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak Kabupaten Puncak Provinsi Papua telah mengalami gangguan atau kemunduran kualitas ekosistem dan lingkungannya. Kemunduran kualitas lingkungan ini terutama diindikasikan antara lain adanya pembukaan hutan mangrove untuk areal pertambakan yang tidak memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan dan terjadinya kekeruhan air pada muara-muara sungai di Kabupaten Puncak. Khususnya permasalahan kekeruhan air tersebut disebabkan oleh adanya sedimen yang terangkut bersama limpasan air sungai yang berasal dari tanah tererosi yang terjadi pada daratan DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak. Sedangkan sedimen yang terangkut dan bermuara ke Teluk Balikpapan, selain menimbulkan kekeruhan air, juga dapat mengganggu kehidupan ekosistem perairan dan pendangkalan pada kawasan pelabuhan laut Kabupaten punak. Sebenarnya, penyebab terjadinya erosi dan sedimentasi sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berupa faktor alami maupun kegiatan manusia.
Untungnya, permasalahan erosi dan sedimentasi mudah dipahami dengan benar dan dapat dilakukan dengan tindakan yang relatif sederhana untuk mencegah atau mengurangi laju erosi dan sedimentasi.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Jumlah Erosi Sungai Yimino

Berdasarkan hasil penelitian  kondisi DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak terjadinya peningkatan total sedimen pada pada tahun 2010 sebesar ± 8.926 ton/tahun berasal dari kejadian erosi  yang diprediksi sebesar ± 68.669 ton. Hal ini diduga kuat karena perluasan lahan yang terbuka akibat kegiatan perambahan hutan dan lahan, juga akibat terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, kondisi biogeofisik DAS Wain yang berupa curah hujan yang relatif tinggi sepanjang tahun, yang didukung oleh kondisi faktor bentuk dan kelerengan DAS tersebut serta sifat tanahnya yang relatif peka terhadap erosi, maka secara sinergik dapat mempercepat laju limpasan air (runoff) dan tanah tererosi yang dapat menopang terjadinya proses percepatan sedimentasi Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.

Kajian ini terutama difokuskan pada pengukuran sedimentasi di bagian muara Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak beserta identifikasi dan penilaian terhadap tingkatan kekritisan lahan dan bahaya erosi. tersebut. Selanjutnya, diharapkan adanya partisipasi aktif dari berbagai pihak pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mengupayakan penanggulangan permasalah erosi dan sedimentasi, sehingga kondisi DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dapat diselamatkan dari ancaman bencana erosi dan sedimentasi.

Luasan lahan hutan primer yang cenderung semakin berkurang dan sebaliknya areal-areal semak belukar maupun alang-alang yang semakin meluas tentu dapat mengakibatkan lahan yang terbuka menjadi semakin luas atau sebaliknya luasan penutupan lahan (land covering) menjadi semakin sedikit. Kondisi lahan seperti itu telah dikenal sangat rentan dan dapat meningkatkan laju limpasan air permukaan (surface runoff) maupun tanah tererosi. Selanjutnya, dapat meningkatkan laju kontribusi sedimen ke Teluk Yimino yang akhirnya dapat mengakibatkan pendangkalan dan mengganggu kehidupan ekosistem perairan di kawasan Teluk tersebut. Sementara itu, bencana kebakaran hutan dan lahan yang pernah terjadi juga dapat menambah peningkatan laju limpasan air permukaan maupun tanah tererosi yang selanjutnya dapat menambah kontribusi sedimen.

a.    Konsentrasi Sedimen Melayang

Hasil pengambilan sampel sedimen melayang pada keempat bagian patusan (outlet) Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, setelah dianalisis untuk diukur dan dihitung besarnya konsentrasi sedimen melayang (Cs). menunjukkan bahwa nilai konsentrasi sedimen melayang rataan dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah berturut-turut terjadi pada outlet Sungai Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak khususnya konsentrasi sedimen melayang pada outlet Sungai Wain didapatkan paling rendah, karena lokasi sampling dilakukan pada outlet setelah limpasan air sungai tersebut tertahan terlebih dahulu oleh Waduk Wain, sehingga sebagian sedimen melayang tertahan oleh Waduk dan sebagian mengalir ke outlet. Sedangkan untuk mengetahui kategori konsentrasi sedimen melayang pada keempat sungai tersebut digunakan standar skala kualitas lingkungan Kep. Men. KLH No. 2/1988 (Anonymous, 1988), dengan konsentrasi sebagai berikut:
Konsentrasi Sedimen  Melayang
Cs (mg/l) > 500 250 – 500 100 – 250 0 – 100 0
Apabila merujuk Standar Skala Kualitas Lingkungan tersebut, maka konsentrasi sedimen melayang rata-rata yang dihasilkan pada masing-masing outlet Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dapat dikelompokkan berdasarkan sebagai berikut:
Tabel 1.  Konsentrasi Sedimen Melayang Rata-Rata
No.
Outlet
Kategori
Ket
1
31,6
0-100
Baik
2
312,0
250-500
Jelek
3
103,4
100-250
Sedang
4
273,0
250-500
Jelek
Sumber  :  Data Primer Diolah, 2011
Data tersebut memperlihatkan bahwa berdasarkan standar skala kualitas lingkungan, konsentrasi sedimen melayang pada outlet Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak termasuk kategori baik,

b.    Debit Limpasan Air Sungai (Discharge)

Hasil pengukuran Debit Limpasan Air Sungai (DLAS) yang dinotasikan Q, dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan sampel beban endapan layang pada keempat outlet sungai tersebut yang bermuara ke Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
Hasil perhitungan nilai DLAS pada Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak diperlukan untuk menentukan besarnya jumlah sedimen melayang setiap satuan waktu atau disebut debit sedimen melayang.

c.    Debit Sedimen Melayang (Discharge of Suspended Sediment)

Hasil perhitungan nilai debit sedimen melayang (Qs) pada Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara DLAS (Q) dengan konsentrasi sedimen melayang (Cs).
Data tersebut menunjukkan bahwa nilai debit sedimen melayang pada keempat outlet Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dari yang terbesar sampai dengan terkecil berturut-turut yaitu sekitar 26.050,752 gr/detik          (= 2.250,785 ton/hari), sekitar 4.526,886 gr/detik (= 391,123 ton/hari), Sungai Sepaku sekitar 4.362,343 gr/detik (= 376,906 ton/hari) dan sekitar 78,273 gr/detik (= 6,763 ton/hari). Nilai debit sedimen melayang pada outlet sungai-sungai tersebut secara umum relatif besar. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi biogeofisik sebagian besar DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak relatif mengalami gangguan terutama kondisi hidroorologinya, yang diduga diakibatkan oleh perluasan lahan terbuka untuk berbagai kegiatan dengan pola penggunaan lahan yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan potensi daya dukungnya, bahkan ditambah lagi oleh kondisi fisik jenis tanahnya yang didominasi oleh jenis tanah acrisols dan arenosols (ultisols) yang bersifat sangat peka terhadap erosi, dominasi topografi yang bergelombang sampai berbukit, curah hujan tahunan yang relatif tinggi dan pola jaringan sungai sebagian besar berbentuk seperti percabangan pohon (dendritic pattern) yang bersifat cepat mengalirkan limpasan air sungai.

d.    Kekritisan Lahan (Critical Land)

Analisis kekritisan lahan dilakukan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, khususnya pada kawasan dengan luasan sekitar 133.099 ha. Analisis ini diawali dengan cara melakukan overlapping antara peta topografi/bentuk lapangan, peta kelerengan, peta jaringan sungai /bentuk drainase dan peta penggunaan lahan (Gambar 4) yang terdapat pada masing-masing Sub DAS tersebut, kemudian dinilai skornya sehingga dihasilkan jumlah satuan lahan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak tersebut.
Selanjutnya, hasil penentuan jumlah satuan lahan digunakan untuk memprediksikan Indeks Erosivitas Tertimbang yang mencerminkan nilai kekritisan lahan DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak tersebut yang hasilnya sebagai berikut:
Tabel 2.  Penentuan Indeks Erosivitas Tertimbang  & Luas Lahan DAS
No.
Sub DAS
Indeks Erosivitas Tertimbang
Luasan DAS
1
Sub DAS I
62,4
64.569 242,5
2
Sub DAS II
110,7
32.090 120,5
3
Sub DAS III
120,5
24.571 110,7
4
Sub DAS IV
242,5
11.869 62,4
Sumber :  Data Primer Setelah Diolah, 2011
Sedangkan hasil penentuan urutan prioritas yang didasarkan pada hasil prediksi indeks erosivitas tertimbang dan luasan DAS tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa tingkatan kekritisan lahan dengan pembagian beberapa satuan lahan dan hasil prediksi indeks erosivitas tertimbang pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak ini. secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Sub DAS I termasuk prioritas pertama (I) karena memiliki indeks erosivitas tertimbang terbesar yaitu 242,5 dan pada Sub DAS ini dihasilkan 5 (lima) satuan lahan;
2.    Sub DAS II termasuk prioritas kedua (II) karena memiliki indeks erosivitas tertimbang terbesar kedua yaitu 120,5 dan pada Sub DAS ini dihasilkan 5 (lima) unit lahan;
3.    Sub DAS III termasuk prioritas ketiga (III) karena memiliki indeks  erosivitas tertimbang terbesar ketiga yaitu 110,7 dan pada Sub DAS ini dihasilkan 6 (enam) satuan lahan;
4.    Sub DAS IV termasuk prioritas keempat (IV) karena memiliki indeks erosivitas tertimbang terbesar keempat yaitu 62,4 dan pada Sub DAS ini dihasilkan 7 (tujuh) satuan lahan.
Urutan prioritas tingkatan kekritisan lahan pada keempat Sub DAS tersebut diduga dipengaruhi oleh perbedaan luasan dan jumlah satuan lahan pada masing-masing
Sub DAS. Hal ini berarti bahwa pada Sub DAS yang memiliki luasan lahan terluas dan jumlah satuan lahan yang ada di dalamnya lebih sedikit dengan asumsi kondisi keempat faktor biogeofisik yaitu topografi/bentuk lapangan, kemiringan lapangan, bentuk drainase dan penggunaan lahan yang relatif mirip/sama, maka cenderung dihasilkan indeks erosivitas tertimbang tertinggi. Sebaliknya apabila suatu Sub DAS yang memiliki luasan lahan terkecil dan jumlah satuan lahan yang ada di dalamnya lebih banyak, maka akan cenderung dihasilkan indeks erosivitas tertimbang Selain itu, luasan satuan lahan yang semakin luas dengan kondisi biogeofisik yang relatif mirip/sama akan cenderung menghasilkan jumlah erosi tanah yang lebih besar.

e.    Indeks Bahaya Erosi (Erosion Risk Index)

Hasil prediksi laju erosi tanah dan indeks bahaya erosi pada satuan-satuan lahan dari masing-masing keempat Sub DAS di Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak secara rinci disajikan sebagai berikut :
Kajian Erosi dan Sedimentasi pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak menunjukkan bahwa hasil prediksi laju erosi tanah pada satuan-satuan lahan dari keempat Sub DAS di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak berkisar antara 0,05 – 52 ton/ha/tahun dengan nilai kehilangan tanah yang masih bisa ditoleransi (Tolerable Soil Loss) sebesar 9,6 ton/ha/tahun. Sehingga, indeks bahaya erosi yang didapatkan pada satuan-satuan lahan tersebut berkisar antara 0,005 - 5,42 dengan kategori rendah sampai dengan tinggi. Lokasi nilai prediksi laju erosi tanah dan indeks bahaya erosi pada masing-masing satuan lahan dari keempat Sub DAS di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.
Tabel 3.  Jumlah Erosi yang Terjadi di Sungai Yimino
No.
Sub DAS
Jumlah Erosi
(ton/ha/thn)
Ket
1
I
16,6
Sedang
2
II
32,6
Sedang
3
III
12,8
Sedang
4
IV
52
Tinggi
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011
Sedangkan hasil prediksi laju erosi tanah dan indeks bahaya erosi terbesar pada satuan-satuan lahan dari masing-masing keempat Sub DAS di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Pada Sub DAS I ditemukan di satuan lahan III yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 16,6 ton/ha/tahun dengan Indeks Bahaya Erosi sebesar,73 yang termasuk dalam katagori sedang. Vegetasi penutup lahan tersebut berupa belukar dan alang-alang, kelas kelerengan antara 2 – 15% dan didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang bersifat peka terhadap erosi.
2.    Pada Sub DAS II ditemukan di satuan lahan III yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 32,6 ton/ha/tahun dengan Indeks Bahaya Erosi sebesar 3,4 yang termasuk dalam katagori sedang. Vegetasi penutup lahan tersebut berupa semak belukar, kelas kelerengan antara 2 – 15% dan didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang bersifat peka terhadap erosi.
3.    Pada Sub DAS III ditemukan di satuan lahan III yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 12,8 ton/ha/tahun dengan Indeks Bahaya Erosi sebesar 1,34 yang termasuk dalam katagori sedang. Vegetasi penutup lahan tersebut berupa belukar, alang-alang dan pemukiman, kelas kelerengan antara 15 – 40% serta didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang bersifat peka terhadap erosi.
4.    Pada Sub DAS IV ditemukan di satuan lahan IV yang memiliki nilai laju erosi tanah sebesar 52 ton/ha/tahun dengan Indeks Bahaya Erosi sebesar 5,42 yang termasuk dalam katagori tinggi. Vegetasi penutup lahan tersebut berupa hutan sekunder pasca kebakaran dan semak, kelas kelerengan antara 15 – 40% serta didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang bersifat peka terhadap erosi.

B.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi

Selain beberapa pengaruh dan faktor-faktor penyebab terjadinya erosi dan sedimentasi seperti tersebut di atas, secara umum adanya beberapa permasalahan yang juga perlu dipertimbangkan adalah kenyataan penerapan penggunaan lahan di lapangan yang tidak sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Diantaranya tumpang tindih (overlapping) penggunaan lahan, praktek penggunaan dan pengelolaan lahan yang tidak tepat atau salah, adanya perambahan hutan dan lahan serta terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan. Semuanya ini menimbulkan peluang besar bagi terbentuknya perluasan lahan terbuka dan lahan kritis yang sangat rentan terhadap erosi tanah.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dan menanggulangi permasalahan erosi dan sedimentasi terutama yang terjadi pada DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak. Kajian Erosi dan Sedimentasi pada DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak diuraikan tersebut di atas, diperlukan langkah-langkah yang konkrit dan upaya tindakan nyata secara terpadu.
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh erosi dan sedimentasi amat mudah ditemukan, antara lain menipisnya permukaan tanah, terjadinya selokan/parit alami, perubahan vegetasi, kekeruhan dan sedimentasi di sungai, rawa, danau, kawasan penampungan air maupun muara-muara sungai di Kabupaten Puncak.
Dalam kaitannya dengan pengkajian program ini,  dikemukakan 5 (lima) pengaruh besar terhadap permasalahan erosi pada DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak sebagai berikut:

1.    Hilangnya Vegetasi.

Disebabkan oleh kegiatan penebangan hutan, praktek-praktek pertanian, penyiapan lahan untuk pemukiman, terbakarnya hutan dan padang rumput.

2.    Lereng yang Curam.

Sebelah Barat dataran pantai merupakan lahan berbukit-bukit pendek dengan lereng-lereng curam dan puncak-puncak yang sempit.

3.    Tanah yang Buruk.

Tanah-tanah di DAS Teluk ini tercuci relatif dalam, yang melemahkan kesatuan strukturnya. Bila tanah-tanah ini terbuka akibat pembukaan lahan dan kebakaran, maka dapat terjadi erosi dan menghasilkan sejumlah besar sedimen berbutiran halus. Lapisan di bawahnya berpotensi tinggi terjadi longsor bila jenuh terisi air hujan. Di bagian Selatan DAS Teluk ini, tanah acrosol rentan terhadap erosi selokan/parit dan longsor. Di sebelah Utara DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, tanah arenosol mudah tercuci dan rentan terhadap erosi lembar (erosi permukaan).

4.    Curah Hujan yang Tinggi.

Total curah hujan tahunan mencapai 2.000 mm dengan minimum 1.180 mm di bulan Oktober. Limpasan air yang normal bisa mencapai sekitar 50%−60% dan pembabatan/pembersihan vegetasi akan meningkatkan limpasan air dan berpotensi terhadap kejadian erosi.

5.    Pembangunan Infrastruktur.

Jalan dan bangunan biasanya meningkatkan limpasan air dan konsentrasinya dalam masa yang pendek. Sehingga, secara keseluruhan DAS Sekitar Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak merupakan daerah yang sangat rentan terhadap erosi.

C.   Analisis statistik Berdasarkan Uji Regresi

Analisis Kwantitatif ini dimaksudkan untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif atau numerik antara suatu variabel dengan variabel yang lainnya. Hasil dari perhitungan ini nantinya akan dipergunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi suatu kebijakan.
Hasil analisis regresi ini akan menggambarkan seberapa jauh keterkaitan antara dua variabel atau lebih, dimana hubungan variabel-variabel tersebut bersifat fungsional yaitu variabel yang satu mempengaruhi dan variabel uang lain dipengaruhi.
Di dalam penulisan ini , Analisis regresi berganda dipergunakan untuk melihat hubungan antara  erosi dengan Curah Hujan yang dinyatakan dalam x1, hubungan erosi dengan sifat tanah yang dinyatakan dalam x2, hubungan erosi dengan tipografi yang dinyatakan dalam x3, hubungan erosi dengan pengelolaan lahan yang dinyatakan dalam x4, terhadap kemungkinan erosi yang dinyatakan dalam Y.
Selanjutnya untuk memudahkan data tersebut diolah oleh komputer dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan dengan  program SPSS (lihat lampiran) diketahui nilai :
a  = 13.843, b1 = 11.476, b2     = 18.807, b3   =  10.234, b4  =  18.992
Dengan demikian diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y =  13.843 +11.476 (x1) + 18.807 (x2)  + 10.234 (x3) + 18.992 (x4)
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa variabel independen yaitu curah hujan, sifat tanah, tipografi, dan pengolahan lahan mempunyai hubungan positif dengan tingkat erosi sebagai variabel dependen. Hal ini  ditunjukkan oleh masing-masing  nilai koefisien sebagai berikut Konstanta :
a  =  13.843  
Menunjukkan nilai konstan tingkat erosi, jika keempat variabel yaitu curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan adalah nol atau tidak terjadi perubahan sama sekali, maka tingkat erosi kemungkinan sebesar 13.843 %
b1 =  11.476
Menunjukkan bahwa naik turunnya tingkat erosi dipengaruhi oleh kondisi curah hujan dengan asumsi variabel lainnya konstan, sehingga apabila curah hujan meningkat 11 %  maka kemungkinan erosi akan meningkat sebesar   11,476 %
b2 =  18.807
Menunjukkan bahwa naik turunnya tingkat erosi dipengaruhi oleh sifat tanah dengan asumsi variabel lainnya konstan, sehingga apabila sifat tanah berubah 1%  maka kemungkinan erosi akan meningkat   sebesar  18 %.
b3 =  10.234
Menunjukkan bahwa turunnya tingkat erosi dipengaruhi oleh kondisi topografi tanah dengan asumsi variabel lainnya konstan, sehingga apabila kondisi topografi tanah berubah 1 %  maka kemungkinan erosi akan meningkat sebesar  10 %.
b4 = 18.992
Menunjukkan bahwa elastisitas atau naik turunnya kondisi erosi juga dipengaruhi oleh kegiatan pengolahan lahan dengan asumsi variabel lainnya konstan, sehingga apabila pengolahan lahan disekitar sungai meningkat sebesar 1 % maka tingkat erosi akan meningkat sebesar  18 %.
Untuk mengetahui derajat keeretan hubungan antara semua variabel independen (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) dengan variabel dependen ( tingkat erosi ), maka dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi.
Erat tidaknya korelasi tersebut, diukur dengan nilai koefisien korelasi yang besarnya antara – 1 sampai dengan 1 dengan interpretasi apabila mendekati positif 1 ( satu ) maka terdapat hubungan yang kuat (positif) antara variabel independen dan variabel dependen, begitupun sebaliknya apabila hasil yang diperoleh mendekati – 1 maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan komputer diperoleh  nilai R adalah 0.813. Ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) dengan variabel dependen ( tingkat erosi).
Hasil perhitungan pada lampiran diketahui nilai koefisien korelasi (r) dari masing-masing  variabel  independen yaitu bauran  sebagai berikut :
Tabel 4. Koefisien korelasi  ( r ) variabel independen
              (curah hujan, sifat tanah, topografi dan pengolahan lahan)

Variabel Independen
R
X1   (curah hujan)
0,686
X2   (sifat tanah)
0,773
X3   (tipografi)
0,721
X4    (Pengolahan lahan)
0.813

Berdasarkan  Tabel 4  tersebut, maka  diketahui bahwa variabel independen (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) berpengaruh positif terhadap tingkat erosi di DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak.

Koefisien determinasi

Untuk melihat seberapa kuat pengaruh variabel bebas (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) terhadap  variabel terikat (tingkat erosi)  maka digunakan koefisien diterminasi  dengan rumus:
r2         = (r2) . 100 %
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (pada lampiran) diketahui nilai-nilai masing-masing r2 dan  r  sebagai berikut :
r2            = 0,901
Berdasarkan rumus  koefisien determinasi di atas, maka diketahui
r2   = (r2) . 100 %
                            = (0,901)  x 100 %
                            = 91 %
Dari hasil perhitungan tersebut dan dari data sofware SPSS  diperoleh hasil koefisien determinasi (r2) sebesar 0,91. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan  pengaruh variabel bebas (curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan) terhadap variabel terikat (tingkat erosi)  adalah 91 %, sehingga curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan berpengaruh sangat kuat terhadap tinggi rendahnya tingkat erosi. Adapun 9 % yang tidak berpengaruh disebabkan karena faktor-faktor lainnya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi terjadi erosi pada daerah aliran sungai Yimino, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.    Nilai index erosi di sungai Yimino berdasarkan hasil prediksi laju erosi pada keempat sub DAS yaitu pada keempat secara keseluruhan berpeluang besar  terhadap risiko bahaya erosi tanah dengan nilai tertinggi yaitu 52 ton/Ha/tahun.
2.    Faktor yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan, sifat tanah, topografi, dan pengolahan lahan. Berdasarkan hasil analisis statistik uji regresi di peroleh bahwa kegiatan pengolahan lahan sangat mempengaruhi tingkat erosi yang terjadi.  

B.   Saran

1.    Mengingat relatif besarnya laju erosi tanah dan hasil sedimen yang terjadi pada DAS yang dapat mengancam terhadap percepatan pendangkalan dan kehidupan ekosistem perairan pada Teluk Yimino, maka disarankan perlu diupayakan tindakan pengendalian laju erosi tanah dan rehabilitasi lahan pada daerah tangkapannya.
2.    Diperlukan dukungan pemerintah Kabupaten terhadap upaya tindakan pengendalian laju erosi tanah dan penanganan rehabilitasi lahan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, baik dalam hal pendanaan maupun perangkat kebijakan (PERDA).
3.    Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian laju erosi tanah dan rehabilitasi lahan pada DAS Sungai Yimino Desa Pamebut Distrik Sinak, disarankan memperhatikan urutan prioritas satuan lahan berdasarkan tingkatan kekritisan lahan pada masing-masing Sub DASnya, agar efisien dan efektif dalam pemanfaatan dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
4.    Perlu dibuat petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan pengendalian laju erosi tanah dan rehabilitasi lahan yang tepat dan sesuai dengan kondisi tapak (site) suatu satuan lahan yang akan direhabilitasi.


DAFTAR PUSTAKA

A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta:Bumi Aksara.

Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Bandung: www.ftsl.itb.ac.id/. 12 April 2011

Al-Rasyd H., dan T. Samingan. 1980. Pendekatan Pemecahan Masalah Kerusakan Sumber Daya Tanah dan Air Daerah Aliran Sungai Dipandang dari Segi Ekologi. Laporan No. 300. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor

Andriati Pohan, Rizky. 2007 “DAS Butuh Dukungan Tanaman Keras” www.jurnalnasional.com

Arief Guritno dkk. 2003. Konsep Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai Alternatif Upaya Mengatasi Dampak Sumberdaya Air. Bogor: IPB.

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

G. Kartasapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hary Christady Hardiyatmo Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. 2006 http://xavierbook.wordpress.com/2011/01/12

Hidayat, Yayat.dkk. 2003. “Pemeliharaan Sungai Sebagai Salah Satu Upaya Mengatasi Problema Banjir di Das Ciliwung Hilir” IPB Bogor.

Kartasapoetra, Ir,S, G, dkk, 1985. Teknologi Konservasi Tanah & Air. Jakarta: Penerbit. Rineka Cipta.

Kartasapoetra, Ir. Ance Gunawan. 2008 Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap tanah dan tanaman, Edisi  revisi, Jakarta, PT. Bumi Aksara.



Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi. 2001. Kajian Erosi Dan Sedimentasi Pada DAS Teluk Balikpapan Kalimantan Timur. Jakarta, Indonesia.

Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Masyarakat Indonesia Hijau, Yayasan 2007. “Laporan Final Kegiatan Pembentukan Desa Binaan  Berwawasan Lingkungan Di Desa Gemawang, Kecamatan Ngadirojo,Di Wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Kabupaten Wonogiri”. YMIH.

Mulyani Ir & Kartasapoetra,Ir, 1991 Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Edisi Baru.

Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM. Yogyakarta.

Rismunandar, 1993. Tanah dan Seluk Beluknya bagi Pertanian, Bandung: Penerbit. Sinar baru Algensindo.

Sihite, Jamartin. 2001 Evaluasi Dampak Erosi Tanah Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan dalam Perlindungan DAS : Kasus Sub-DAS Besai–DAS Tulang Bawang, Lampung. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Simon Hasanu, 2007. Statistik Untuk Kehutanan. Jogjakarta: Penerbit. Pustaka Pelajar.

Soemarwoto Otto, 1996. Analisis Mengenai Dampak lingkungan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press

Sudarsono, 2006. Potensi dan Permasalahan Lingkungan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. KLH, Jakarta.

Suratmo, Gunawan, F, 2007. Analisis Mengenai Danpak Lingkungan. Jogjakarta:  Penerbit. Gadjah Mada. Cetakan Ke – 11

Suripin Dr, Ir,M Eng. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Jogjakarta: Penerbit. Andi Offset.

Sutedjo Mulyani Mulm Ir, 1989. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman.   Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Tahim Supli Effensi, Dr, Ir.  2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Diterbitkan oleh PT. Bumi Aksara.






By.Othy Wirimbuck_Putra